AcehXPress.com | MOBILITAS warga Aceh ke Medan masih sangat tinggi. Meski tidak ada data resmi, kehadiran masyarakat provinsi paling ujung Sumatera ini ke ibu kota Sumut itu cenderung meningkat, khususnya pada setiap akhir pekan.
Salah satu faktor yang membenarkan kesimpulan di atas terlihat dari banyaknya mobil berpelat BL berseliweran di jalanan utama Medan.
Banyak faktor yang menyebabkan tingginya antusias warga ke sana, di antaranya urusan bisnis dan pendidikan. Sejak dulu, sejumlah kampus ternama di Medan memang kerap diramaikan mahasiswa dari Aceh.
Namun dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terjadi fenomena menarik. Urusan pendidikan dan bisnis itu bertambah dengan adanya kegemaran meramaikan tempat hiburan di Medan.
Keberadaan tempat hiburan yang tumbuh subur di Medan menjadi magnet tersendiri untuk menarik perhatian warga Aceh.
Setidaknya, ada dua plaza yang dicap ‘milik’ orang Aceh, yaitu Plaza Medan Fair dan Sun Plaza.
Tidak sulit membuktikan hal ini. Duduk saja di salah satu kafe ataupun gerai pakaian, maka pengunjung dengan logat Aceh dengan mudah bisa dijumpai.
“Kalau di Sun Plaza biasanya mereka ngopi di food court. Mereka berkelompok dan kayaknya tidak saling kenal,” kata Rizal, seorang pelayan kafe di Sun Plaza.
Belakangan konsentrasi di Sun Plaza dan Plaza Medan Fair mulai bergeser ke Plaza Medan Center Point (MCP) yang baru saja dibuka akhir tahun lalu.
Plaza ini terbilang lebih modern, karena berdiri di areal super blok dengan ketinggian gedung 30 lantai. Gerai yang disediakan juga terbilang elite.
Sebut saja Parkson, gerai pakaian asal Malaysia ini tergolong eksklusif karena hanya berdiri di Medan, meski akhirnya menambah gerainya di Jakarta, baru-baru ini.
Dominasi Aceh di MCP akan terlihat jelas pada akhir pekan atau pada libur nasional. Areal parkir yang terbilang luas dengan memanfaatkan ruang bawah tanah (basement) akan dipenuhi kendaraan berpelat BL.
“Yang pakai BK banyak juga. Tapi pas turun langsung tahu mereka dari Aceh. Bisa ditandai pada logatnya,” kata juru parkir di MCP, Setiawan (30).
Iskandar (40), seorang pendatang dari Sigli mengakui kalau Medan memiliki daya tarik bagi masyarakat kampungnya.
Pria yang membuka usaha warung kopi di Jalan Agus Salim, Medan Polonia, ini menuturkan kerabatnya yang datang ke Medan cukup antusias mengunjungi studio film.
“Kalau ke Medan pasti nonton. Biasanya di Sun atau Palladium. Tapi sekarang karena ada yang baru, lebih milih nonton di Center Point (MCP),” kata Iskandar.
Ia menganggap hal itu lumrah karena di Sigli, atau bahkan di Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi tak ada lagi bioskop.
Seiring perkembangan zaman, warga Aceh ternyata juga mulai memburu dan memenuhi diskotik, ruang karaoke, hingga panti pijat yang menjamur di Medan.
Dalam beberapa kesempatan investigasi, pengunjung asal Aceh secara tak sengaja bertemu teman sekampungnya ketika mengunjungi sebuah diskotik modern yang dipadu dengan panti pijat bertarif tinggi.
“Kalau ke sini (Medan) kita harus pandai-pandai. Bisa-bisa satu meja (bertemu) sama saudara dari kampung,” ujar seorang pengunjung asal Banda Aceh saat diwawancarai Serambi seusai keluar dari sebuah ruang karaoke.
Namun tidak semua warga Aceh merasa senang dengan lengkapnya fasilitas hiburan di Medan. Sebab, cap surga duniawi yang sudah telanjur melekat pada Kota Medan ternyata menimbulkan keresahan sendiri bagi beberapa kalangan.
“Pas duduk di lobi kadang-kadang didatangi wanita. Banyak yang ditawarkannya, mulai pijat atau cuma mengawani duduk saja,” kata seorang pejabat Aceh yang ditemui di sebuah hotel berbintang empat di Medan.
Terkadang, kata dia, situasi itu membuat istrinya was-was setiap dirinya mendapat tugas ke Medan. Setiap waktu sang istri selalu menelepon untuk mengecek keberadaan dirinya.
“Kita ke Medan memang kepentingan kerja. Tapi karena sudah ada cap kayak gini, istri pun curiga,” ujar pria yang meminta identitasnya tidak dipublikasikan.
Ya, begitulah, warga Aceh tidak hanya menghabiskan uang ke Medan untuk sekadar berbelanja memenuhi kebutuhan pokok, melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan tersier, misalnya hiburan. [tribunnews]
EmoticonEmoticon