Anak Pejabat Pidie Jaya Akui Racun Mantan Pacar

AcehXPress.co|BANDA ACEH - Pemberitaan Serambi kemarin tentang ‘Anak Pejabat Pijay Dipolisikan’, membuat Irhamna (19) alias Dek Na angkat bicara, mengingat namanya disebut-sebut keluarga korban sebagai otak pelaku yang menyebabkan Sutriadi (21), mantan pacar Dek Na, keracunan dan dibuang ke bibir jurang Gle Paro, Aceh Besar.
Dalam penjelasannya kepada Serambi, Dek Na antara lain mengakui bahwa ia memang menuangkan cairan racun tikus ke dalam mi yang dibelikannya untuk mantan pacarnya itu.
Ditemani ayah dan ibunya, Drs Zulfikar Karim dan Nurlaili, Dek Na kepada Serambi, Kamis (28/8) petang di kediamannya, Gampong Meunasah Balek, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya, mengatakan bahwa beberapa keterangan yang diberikan Ariani, kakak Sutriadi, sangatlah menyimpang dari apa yang sebenarnya terjadi.
“Memang saya menghubungi mantan pacar saya itu pada Selasa, 19 Agustus lalu. Tapi tidak lain untuk meluruskan permasalahan terkait sikap Sutriadi yang kerap menyebar-nyebarkan kepada orang lain aib selama kami pacaran,” ujar Dek Na berlinang air mata.
Sebelumnya, Sutriadi sempat pulang ke Meureudu, Pidie Jaya (Pijay). Lalu di salah satu pusat pasar kota Meureudu Dek Na berjumpa sepintas lalu dengan Sutriadi yang sedang mengendarai sepmor.
Dalam perjumpaan “kilat” itu, kata Dek Na, mantan pacarnya itu mengumbar senyuman bergaya ejekan kepadanya. Karena diperlakukan seperti itu, Dek Na menjadi tak enak hati.
Lalu esoknya ia minta Sutriadi datang ke rumahnya pada Sabtu (23/8) untuk menyelesaikan permasalahan di antara mereka. Tapi entah kenapa, kata Dek Na, tiba-tiba Sutriadi menghubunginya pada hari Kamis (21/8).
Sutriadi ternyata ingin menyampaikan bahwa ia mempercepat jadwal pulang ke Sigli (Gampong Lampeudeu Tunong, Kecamatan Pidie) dengan menumpang bus umum. Tujuannya untuk bertemu Dek Na. “Sehingga say pun harus memenuhi permintaan dia,” kata Dek Na.
Setiba di rumah, Dek Na meminta Sutriadi menjaga mulut, tidak lagi mengumbar “rahasia” cinta mereka kepada orang lain. Cukup mereka berdua saja yang tahu.
Tapi “curhat” Dek Na itu terkesan diabaikan oleh Sutriadi. “Maka saya langsung ke luar rumah untuk memesan mi goreng basah. Saat itu Sutriadi hanya berdiam diri di rumah dengan posisi pintu dikunci dari luar. Itu atas permintaan dia karena dia ingin menginap di rumah saya. Karena kalut dan bingung, akhirnya saya beli racun tikus dan saya taburi ke dalam mi tersebut. Mi itu saya letakkan di meja ruang tamu. Namun, saya tak pernah memaksa agar Sutriadi menyantap mi itu,” cerita Dek Na.
Tanpa diperintah, kata Dek Na, Sutriadi menyantap mi itu. Tapi hanya satu sendok. Beberapa menit kemudian dia mual dan muntah-muntah. Dek Na jadi panik, apalagi Sutriadi meminta agar ia dibawa ke rumah sakit untuk dirawat.
“Saat itulah pikiran saya menjadi kacau dan panik, apalagi dia mengancam akan mengadukan saya ke polisi,” ucap Dek Na.  Dalam situasi yang demikian, Dek Na terpikir untuk menghubungi AR (Aulia Rahmad) di Meureudu. Ia minta cowok itu mendatangi rumahnya di Sigli. Satu jam kemudian, Aulia pun tiba di rumah Dek Na. 
Melihat mobil Honda Jazz muncul di luar rumah, kata Dek Na, Sutriadi pun dalam kondisi sadar langsung menuju mobil tersebut tanpa dipapah oleh rekan-rekan Dek Na.
“Jadi, tidak benar sama sekali dia dalam kondisi tak sadarkan diri dan setengah telanjang, seperti dikatakan kakaknya. Dia saat itu berbaju dan bercelana lengkap,” ujar Dek Na.
Malahan dalam perjalanan ke Banda Aceh, kata Dek Na, ia bersama Aulia hendak mengantarkan Sutriadi ke rumah orang tuanya di Lambhuk, Banda Aceh. Tapi karena panik, sehingga kendaraan yang ia tumpangi pun melaju ke arah Lhoknga hingga sampai ke Gle Paro, Kecamatan Leupung, Aceh Besar.
“Di sini dia kami turunkan di jalan. Jadi, tidak benar sama sekali kalau dia kami buang ke jurang. Itu fitnah,” tegasnya.
Kalau memang ia berniat membunuh Sutriadi, kata Dek Na, maka itu bisa dia lakukan dengan pisau saat Sutriadi masih berada di rumahnya dalam kondisi lemas setelah muntah-muntah. “Tapi, hal itu tidak saya lakukan kan? Ini karena pertimbangan nurani kemanusiaan,” timpalnya.
Menurut Dek Na, kasus ini sarat dengan rekayasa dan upaya membesar-besarkan masalah oleh pihak keluarga Sutriadi. “Tapi apa pun, saya siap mempertanggungjawabkan kasus ini ke ranah hukum dan kita lihat siapa yang benar dan salah nanti,” tandasnya.
Sementara itu, ayah kandung Dek Na, Drs H Zulfikar Karim kepada Serambi mengatakan bahwa ia siap menyerahkan anaknya kepada polisi. “Demi menghormati hukum, kami bersedia mengantarkan Dek Na kepada pihak kepolisian. Bahkan, rencananya Senin (1/9) saya akan mengantarkannya ke Banda Aceh,” kata Zulfikar.
Ia tambahkan, kendati dirinya seorang pejabat di Pijay, tapi soal hukum berlaku sama dan setara atas setiap orang. “Tak ada yang kebal hukum di negeri ini,” kata Asisten III Setda Aceh ini.
Didampingi istrinya Nurlaili (49), Zulfikar mengaku sama sekali tidak menyangka kasus itu menimpa anaknya. “Allah sudah berkehendak demikian,” katanya lirih.
Kapolda Aceh, Irjen Pol Husein Hamidi berjanji akan mengusut tuntas kasus percobaan pembunuhan terhadap Sutriadi oleh mantan pacarnya ini (Irhamna) bersama dua lelaki temannya.
“Petugas di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Aceh sudah menerima pengaduan perkara ini Kamis (21/8). Kami akan usut tuntas kasus ini,” kata Kapolda menjawab wartawan kemarin di Mapolda Aceh.[Serambinews]


EmoticonEmoticon