ACEHXPress.com | Tahun 2015 yang sudah di ambang pintu, akan dijadikan Gabungan Pencinta Batu Alam (GaPBA) Aceh sebagai tahun persembahan istimewa bagi kaum perempuan yang ingin memiliki perhiasan berbahan dasar batu giok asal Aceh.
“Kita sadar bahwa perhiasan giok yang diperjualbelikan di Aceh selama ini terlalu maskulin. Hanya untuk memenuhi selera kaum lelaki saja. Cincinnya besar-besar. Belum menjurus ke selera kaum perempuan. Padahal, perempuan pun lebih banyak yang suka mengoleksi perhiasan dari giok. Maka tahun depan, giok Aceh kita arahkan agar lebih feminim,” kata Ketua GaPBA Aceh, Nasrul Sufi SSos MM kepada Serambi di Aceh Gems Center (sentra penjualan batu cincin Aceh) di kawasan Ulee Lheue, Banda Aceh, Selasa (23/12).
Menurutnya, sejak Aceh Gems Center itu diresmikan Wagub Aceh bersama Wali Kota Banda Aceh pada 1 November lalu, siang-malam tak henti-hentinya ratusan bahkan ribuan orang berkunjung ke tempat itu. Pengunjung terbanyak memang pria. Tapi jumlah perempuan yang datang pun tak sedikit.
Cuma, seperti dikatakan Nasrul Sufi, banyak perempuan yang kecewa karena tak bisa langsung menemukan mata cincin yang sesuai dengan seleranya. Sebab, batu cincin giok yang diproduksi selama ini di Aceh kebanyakan berukuran besar, sesuai dengan ukuran jari pria. Ring atau ikatan (cangkang)-nya pun besar-besar. Saat para wanita menginginkan gelang atau liontin dari giok pun, jumlah koleksinya sangat terbatas.
“Maka tahun depan, fokus kita adalah memproduksi gelang, liontin, dan cincic khusus dari giok dan perhiaswan lainnya untuk ibu-ibu dan para remaja putri,” kata Narul yang akrab disapa Teungku Abang.
Menurutnya, bisnis batu giok dan batu permata lainnya di Aceh semakin berkibar, terutama dalam enam bulan terakhir. Bisnis ini ditekuni oleh sedikitnya 15.000 orang yang tersebar di 13 dari 23 kabupaten/kota di Aceh. Malah, Tgk Abang mengklaim, 70 persen pria dewasa di Aceh saat ini memakai cincin giok asal Aceh.
“Tahun depan, kita targetkan sekitar 40 wanita dewasa di Aceh akan memakai perhiasan yang berbahan dasar giok Aceh. Apakah itu dalam bentuk cincin, liontin, kerabu, maupun gelang,” kata Tgk Abang.
Jumlah orang yang tertarik berbisnis batu giok di Aceh juga semakin meningkat. Salah satu indikasinya, setiap hari ada sekitar sepuluh orang yang menghubungi Tgk Abang agar diberikan kios/gerai di kompleks Aceh Gems Center untuk berjualan giok. Namun, di tempat itu hanya tersedia 31 unit gerai.
“Kita sedang berkoordinasi dengan Pemko Banda Aceh dan pemilik tanah di belakang kompleks Aceh Gems Center ini untuk diizinkan membangun gerai baru. Soalnya, peminatnya ramai,” kata Tgk Abang sembari menyatakan, pada Februari 2015 GaPBA akan menggelar Kontes Gemstone Internasional di Banda Aceh. Di akhir acara para peserta akan diboyong GaPBA ke Nagan Raya untuk melihat langsung potensi giok di sana. [tribunnews]
“Kita sadar bahwa perhiasan giok yang diperjualbelikan di Aceh selama ini terlalu maskulin. Hanya untuk memenuhi selera kaum lelaki saja. Cincinnya besar-besar. Belum menjurus ke selera kaum perempuan. Padahal, perempuan pun lebih banyak yang suka mengoleksi perhiasan dari giok. Maka tahun depan, giok Aceh kita arahkan agar lebih feminim,” kata Ketua GaPBA Aceh, Nasrul Sufi SSos MM kepada Serambi di Aceh Gems Center (sentra penjualan batu cincin Aceh) di kawasan Ulee Lheue, Banda Aceh, Selasa (23/12).
Menurutnya, sejak Aceh Gems Center itu diresmikan Wagub Aceh bersama Wali Kota Banda Aceh pada 1 November lalu, siang-malam tak henti-hentinya ratusan bahkan ribuan orang berkunjung ke tempat itu. Pengunjung terbanyak memang pria. Tapi jumlah perempuan yang datang pun tak sedikit.
Cuma, seperti dikatakan Nasrul Sufi, banyak perempuan yang kecewa karena tak bisa langsung menemukan mata cincin yang sesuai dengan seleranya. Sebab, batu cincin giok yang diproduksi selama ini di Aceh kebanyakan berukuran besar, sesuai dengan ukuran jari pria. Ring atau ikatan (cangkang)-nya pun besar-besar. Saat para wanita menginginkan gelang atau liontin dari giok pun, jumlah koleksinya sangat terbatas.
“Maka tahun depan, fokus kita adalah memproduksi gelang, liontin, dan cincic khusus dari giok dan perhiaswan lainnya untuk ibu-ibu dan para remaja putri,” kata Narul yang akrab disapa Teungku Abang.
Menurutnya, bisnis batu giok dan batu permata lainnya di Aceh semakin berkibar, terutama dalam enam bulan terakhir. Bisnis ini ditekuni oleh sedikitnya 15.000 orang yang tersebar di 13 dari 23 kabupaten/kota di Aceh. Malah, Tgk Abang mengklaim, 70 persen pria dewasa di Aceh saat ini memakai cincin giok asal Aceh.
“Tahun depan, kita targetkan sekitar 40 wanita dewasa di Aceh akan memakai perhiasan yang berbahan dasar giok Aceh. Apakah itu dalam bentuk cincin, liontin, kerabu, maupun gelang,” kata Tgk Abang.
Jumlah orang yang tertarik berbisnis batu giok di Aceh juga semakin meningkat. Salah satu indikasinya, setiap hari ada sekitar sepuluh orang yang menghubungi Tgk Abang agar diberikan kios/gerai di kompleks Aceh Gems Center untuk berjualan giok. Namun, di tempat itu hanya tersedia 31 unit gerai.
“Kita sedang berkoordinasi dengan Pemko Banda Aceh dan pemilik tanah di belakang kompleks Aceh Gems Center ini untuk diizinkan membangun gerai baru. Soalnya, peminatnya ramai,” kata Tgk Abang sembari menyatakan, pada Februari 2015 GaPBA akan menggelar Kontes Gemstone Internasional di Banda Aceh. Di akhir acara para peserta akan diboyong GaPBA ke Nagan Raya untuk melihat langsung potensi giok di sana. [tribunnews]
EmoticonEmoticon