Pembangunan Mental Warga Aceh Masih Lemah



ACEHXPress.com | Bencana gempa dan gelombang tsunami Aceh berlalu satu dasawarsa lalu. Aliran bantuan untuk membangun kembali Aceh menelan hingga sekitar puluhan triliun rupiah. Upaya membangkitkan Aceh dipimpin Badan Rehabilitasi Rekontruksi (BRR) sejak 2005 hingga 2009.

Sosiolog dari Universitas Syiahkuala Banda Aceh, Saleh Sjafiie, mengatakan, rehabilitasi dan rekontruksi fisik di Aceh tergolong cukup berhasil. Pemerintah, negara donor, dan organisasi kemanusiaan tek henti bahu membahu membantu Aceh. Misalnya puluhan ribu rumah, ratusan perkantoran, ratusan kilometer jalan dan falisitas umum lainnya berhasil dibangun dengan bagus. Lalu banyak NGO dan pendonor lainnya membantu berbagai fasilitas fisik untuk masyarakat dan intansi pemerintah lokal.

Namun, dia merasa masih ada yang kurang. Menurut dia, rehabilitasi atau rekontruksi mental dan moral masyarakat Aceh masih sangat lemah. Hal itu dicerminkan dari gaya Aceh belakangan ini. Belanja pemerintah daerah masih berpihak pada sekelompok orang atau kalangan tertentu. Kemudian, masyarakat penerima manfaat masih menggangap bantuan tersebut tidak perlu dipelihara, bukan modal keberhasilan di depan.

"Pemerintah pun memberi bantuan asal melahirkan proyek. Tujuannya untuk mereka yang terdekat hubungannya. Kondisi semacam itu menyulitkan moral anak negeri," kata dia.

Kebangkitan ekonomi Aceh pun masih jauh dari harapan sesungguhnya. Perhatian dunia seperti diabaikan. Sebaliknya, Aceh tak bisa lepas dari APBN atau APBD.

"Kita lemah dalam hal mempersiapkan bagaimana keluar dari kehancuran ekonomi secara permanen. Begitu para donor meninggalkan Aceh, semua pihak tidak siap," ujar Saleh.

Dia juga mengatakan bahwa warga kurang memanfaatkan banyaknya ilmuan yang datang ke Serambi Aceh. Padahal, tidak sedikit teori baru lahir dari penelitian tsunami Aceh. Namun, masyarakat hanya bangga dengan kedatangan ilmuan dan bangsa asing yang mempelajari tsunami itu.

Sepengamatan Saleh, tidak banyak masyarakat setempat yang mengerti benar cara menyelamatkan diri dan penanggulangan risiko akibat bencana serupa terjadi lagi. Di sisi lain, pemerintah lokal dan pusat seperti tidak menganggap peting ilmu itu diterapkan kepada anak negeri.

"Kalau bencana kembali terjadi, saya tidak bisa bayangkan bagaimana mereka yang hidup di daerah rawan. Mereka berduit dan memiki kekuasaan yang selamat nanti dengan mudah pergi luar dan memboyong keluarga mereka tanpa menghiraukan orang lain," kata Saleh.

Dia pun meminta pemerintah menstimulus kecerdasan dan keluhuran moral masyarakat. Sehingga Aceh sungguh-sungguh keluar dari keterpurukan dan tak tergantung bantuan. [metrotv]


EmoticonEmoticon