Musibah itu mengundang perhatian banyak pihak untuk mengulurkan tangan. Aceh yang dahulu dikenal sebagai daerah tertutup dan dipenuhi konflik GAM, mulai membuka diri. Bantuan berdatangan, baik dari asing maupun dalam negeri.
Selain logistik, ada pula bantuan berupa nonfisik. Pemerintah Amerika Serikat misalnya, menawarkan beasiswa bagi pemuda-pemudi Aceh yang selamat dari hempasan tsunami. Mereka berkesempatan menimba ilmu di negeri Paman Sam.
Salah satunya Suci Landon, perempuan asal Lhoknga, Aceh Besar. Hingga kini, jasad keluarganya yang hilang dihempas tsunami tak pernah ditemukan. Suci memutuskan menempuh studi dari beasiswa yang disediakan pemerintah AS.
Kini, 10 tahun kemudian Suci telah kembali ke Tanah Air. Trauma dan pahitnya kehilangan keluarga tidak membuatnya melupakan Indonesia. Suci justru ingin berbuat lebih. Ia kini jadi aktivis pelestari lingkungan.
Suci tak sendirian. Ada kisah pemuda-pemudi lain seperti Mahrizal, Rina Meutia, dan Muhammad Irham yang juga serupa.
Dengan latar belakang berbeda mereka meninggalkan Aceh sejenak untuk belajar ke negeri orang. Saat kembali, mereka membangun daerah sesuai bidang masing-masing. Kesedihan mereka bangkit menjadi semangat berjuang nan kokoh.
Jejak mereka terekam dalam film dokumenter After The Tsunami. Film buatan Larry Foley, profesor bidang jurnalisme di Arkansas University itu menceritakan perjuangan pemuda pemudi Aceh yang rela melupakan duka dengan menimba ilmu ke AS.
Rabu (3/12) malam, film itu diputar di @america, Jakarta. Film pendek itu menggambarkan asa para korban selamat tsunami Aceh yang tak pernah padam. Foley sukses membawa kobaran semangat ke hadapan penonton. Film itu bisa jadi inspirator.
Pemutaran film After The Tsunami dapat diintip di halaman situs resmi @america. []
cnnindonesia
EmoticonEmoticon