Jamur yang memiliki nama latin Ophiocordyceps camponoti-rufipedis tersebut tumbuh di bawah-bawah tumpukan daun yang telah membusuk di 'lantai' hutan. Jamur berjenis parasit ini bisa menginfeksi semut atau serangga lain yang telah mati dan membuatnya berjalan ke sarang jamur Ophiocordyceps.
Ciri-ciri semut yang telah terinfeksi biasanya ditandai dengan munculnya sebuah batang dari bagian kepala semut yang mirip sebuah antena. Antena yang disebut 'stroma' akan terus tumbuh menjadi kotak spora yang disebut 'ascoma'. Kotak-kotak spora itulah yang akan digunakan untuk menginfeksi semut lain yang terdapat di koloni.
Semut-semut yang telah berhasil diubah menjadi zombie akan dikumpulkan di sarang jamur Ophiocordyceps. Bangkai-bangkai tersebut dimanfaatkan oleh seluruh jamur yang terdapat di sarang sebagai sumber makanan.
Tetapi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Raquel Loreto dan David Hughes dari Universitas Penn State, Amerika, jamur Ophiocordyceps tidak dapat berkembang biak di dalam sarang semut. Sistem imun kolektif yang diterapkan dalam koloni membuat semut-semut lain segera menghentikan proses infeksi dan persebaran dari jamur Ophiocordyceps,Daily Mail (21/08).
Faktor kondisi sarang semut ternyata turut berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur Ophiocordyceps. Hughes mengungkapkan jika bentuk dan 'iklim' dalam sarang semut dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan jamur sebelum mampu merubah semut-semut di dalamnya menjadi zombie.
" Untuk menginfeksi korbannya, jamur Ophiocordyceps hanya perlu membuat jalur khusus di dasar hutan yang memaksa para semut untuk melewatinya. Alhasil, jamur Ophiocordyceps tidak perlu berevolusi untuk mengatasi sistem imun 'sosial' di dalam sarang semut," tambah Hughes. [merdeka]
EmoticonEmoticon