Yuk, Nikmati Kisah Pilu Tsunami di Museum Tsunami Aceh

AcehXPress.coAceh memiliki wisata kelam bertema tragedi bencana tsunami maha dahsyat 10 tahun silam yang menewaskan sekitar 170 ribu orang. Kini, para wisatawan pun bisa mengenang tragedi tersebut di Museum Tsunami di Banda Aceh.

Pariwisata Aceh maupun sektor lainnya mulai bergeliat dan tumbuh pesat menyusul ketertinggalan dari daerah lain. Seakan tak mau lama-lama larut dalam duka tsunami. Kini, Aceh sudah move on.

Buktinya bisa kita jumpai di Museum Tsunami Aceh. Museum ini terletak di Jalan Iskandar Muda, Banda Aceh. Detik-detik terjadinya tsunami, momen-momen menegangkan, dan sisa-sisa tragedi tsunami bisa kita jumpai di sini.

Sebelum masuk museum, para pengunjung pada mulanya masih bisa ceria, berfoto narsis ria dengan background bagian luar museum yang berdesain minimalis futuristik. Tetapi begitu melangkahkan kaki ke dalam, para pengunjung akan ikut merasakan duka mendalam yang dirasakan para korban tsunami.

Para pengunjung pertama kali akan memasuki lorong yang hanya diterangi cahaya dari luar, persis dari ketinggian 40 meter. Jerit ketakutan mulai muncul saat air mengucur deras di tembok kanan dan kiri lorong. Sesekali, air itu memercik ke kepala dan tubuh para pengunjung.

Lantunan ayat Al Qur'an mulai terdengar jelas seiring langkah kaki berjalan. Sungguh membuat bulu kuduk siapapun merinding mengenang apa yang dirasakan para korban. Lorong ini berbentuk agak melingkar sehingga ujungnya sedikit tidak tampak.

Ruangan selanjutnya adalah Memorial Hall yang berisi dokumentasi foto tragedi tsunami yang ditampilkan oleh slide otomatis di 26 monitor. Di sebelah Memorial Hall, terdapat ruangan bernama Light of God. Ruangan ini berbentuk lingkaran seperti cerobong.



Ruang ini berfungsi sebagai ruang doa, dimana para pengunjung hanya disinari cahaya dari lampu remang-remang dan ujung cerobong berbahan kaca tembus pandang. Di bagian atasnya tertulis lafadz Allah dalam bahasa Arab. Nama para korban tsunami terpahat di tembok di sekeliling ruangan.

Lorong selanjutnya, berbentuk melingkar, bernama Lorong Kebingungan. Lorong ini menggambarkan kebingungan korban tsunami yang kesulitan membaca arah saat menyelamatkan diri dari sapuan gelompang laut setinggi puluhan meter.

Melangkah ke ruang selanjutnya, Anda akan mulai diterangi cahaya di atas jembatan, terdapat deretan bendera negara-negara yang ikut membantu korban tsunami. Itu baru lantai pertama karena Museum Tsunami Aceh sendiri menempati bangunan 4 lantai dengan luas 2.500 m2.

Masuk ke lantai 2, ada kafe dan ruang dokumentasi. Satu ruang untuk pemutaran film dokumenter mengenai detik-detik terjadinya tsunami, ruang lainnya untuk memajang foto-foto dampak tsunami dan upaya rehabilitasi. Di lantai 3 tedapat ruang multimedia, tempat pengunjung merasakan gempa dalam beberapa skala.

Walaupun menyedihkan, seperti mengenang luka lama, namun para wisatawan dapat memetik suatu hikmah pelajaran dari museum ini. Bahwa sesungguhnya Tuhan lebih berkuasa atas apapun di dunia ini. Melalui dark tourism di Aceh, wisatawan bisa belajar bahwa bencana merupakan peringatan agar kita selalu bertakwa dan berbuat baik terhadap sesama. [Wahyu Setyo | d'traveler]


EmoticonEmoticon