AcehXPress.com | Gagap teknologi
atau istilah populernya disingkat dengan “Gaptek” merupakan suatu fenomenal
yang masih lazim dan wajar di indonesia meskipun tingkat teknologi yang kita
miliki sudah terbilang cukup baik dan tidak lagi tergolong rendahan. Namun faktanya
hingga hari ini masih ada para pencerdas bangsa (baca : Guru) yang belum begitu
mengenal bahkan ada yang tidak tahu cara mengaplikasikan sebuah komputer, “susah, ribet, repot, nggak ngerti”
bermacam-macam alasan tersebut merupakan salah satu alasan termutakhir yang
khas dan selalu dilontarkan oleh mereka. Tidak akan berubah.
Di zaman canggih
dan modern ini kehadiran komputer ditengah masyarakat bukanlah suatu hal yang asing
lagi, bahkan banyak anak-anak yang sudah mengerti cara menggunakan handphone
hingga setingkat gadget yang paling mutakhir sekalipun. Bagaimana dengan para
pencerdas bangsa yang kalau ditanya “kenapa
belajarnya ngga pake komputer aja?” maka akan muncul jawaban “Zaman kami kecil dulu sekolahnya nggak pake
kaya ginian”, padahal beda zaman tentu berbeda pula kecanggihan suatu alat
yang mengiringi perubahan zaman tersebut.
Tak heran kalau
masih banyak seolah-sekolah yang tidak mengoperasikan komputer dan segala
perlengkapan canggih yang mereka miliki bukan dikarenakan keterbatasan
fasilitas melainkan tidak mampunya menggunakan fasilitas tersebut. Alhasil alat
canggih penunjang media belajar itu hanya menjadi pajangan hingga berdebu dalam
ruangan tertutup serupa laboratorium computer, oh tidak, lebih tepatnya ruang museum
komputer.
Apa yang
menyebabkan rendahnya minat para pencerdas bangsa untuk belajar menggunakan
fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut? Jawabannya hanya satu,
yaitu “Malas”. Jika hal yang satu ini
sudah bersarang dalam benak seorang pendidik, maka jangan berharap cikal-bakal
anak yang tercerdaskan akan tumbuh dalam gemerlap teknologi, bahkan bisa jadi
mereka malah terkungkung dengan metode pengajaran kuno yang masih akan terus
bertahan jika anak-anak yang terdidik ini juga tidak mengubah metode belajar
mereka, “guru aku ngajarinnya begitu, kok”,
jawaban yang sangat khas, ironis sekali.
Merubah metode
pembelajaran bukanlah dosa besar yang harus dipermasalahkan,yang menjadi
masalah utamanya adalah kesalahan karena tidak mengikuti perkembangan
teknologi. Tuhan memang tidak mewajibkan harus bisa komputer, sungguh, namun Ia
hanya menyuruh kita untuk terus belajar, mendidik atau dididik yang sesuai
dengan perkembangan.
Bertahan dengan suatu metode lama juga bukanlah suatu
dosa, hanya saja siapa sih yang ingin
terus hidup dengan cara lama? ”Hari gini
masih belum bisa komputer? Mari Pak, Bu, kita belajar…” karena menjebak anak didik dalam kondisi "Gaptek bersama" merupakan suatu hal yang kejam.
Diana Syahputri | Redaktur AcehXpress.com
EmoticonEmoticon