Ilustrasi |
AcehXPress.com | “Wanita hanyalah penghambat segala sesuatu yang kami ingin lakukan, kalau mereka banyak aturan, basmi saja”
Saya sangat miris membaca tulisan-tulisan para Paparazi yang
membuat gambar wanita dengan ekspresi cerewet serta dilengkapi dengan tulisan
tersebut diatas. Bahkan orang-orang ini menyarankan untuk membasmi wanita, hey,
mereka mengira kami sejenis hama?
Adakah diantara pembaca sekalian yang pernah mendengar kisah
bagaimana keji dan kejamnya perlakuan terhadap kaum wanita pada masa jahiliyah?
Pada saat itu wanita diperlakukan secara tidak hormat, semena-mena, dijadikan
budak bahkan diperjual belikan sebagaimana layaknya barang dagangan. Kondisi moral
para Pria yang melakukan kejahatan pada wanita saat ini tak ubahnya seperti sedang
berada pada zaman kebodohan tersebut.
Bahkan dengan kondisi era yang lebih modern seperti saat ini
ternyata tidak meminimalisir terjadinya bentuk tindakan kekerasan pada wanita
dan anak-anak. Tetap saja berita kriminal setiap harinya menyajikan berita
tentang kejahatan dengan korban rata-rata adalah wanita dan anak-anak sebanyak
tujuh puluh persen.
Kejahatan tersebut beraneka ragam, mulai dari kekerasan
terhadap wanita, pelecehan seksual hingga pembunuhan. Wanita seperti tidak ada
harganya, belum separuh hidupnya berguna malah harus mati sia-sia.
Keadaan ini tentu saja termasuk dalam kategori
memprihatinkan, mengingat sewaktu-waktu kapan saja jiwa para wanita serta
anak-anak dapat terancam dimanapun mereka berada. Kurangnya sosialisasi pada
masyarakat merupakan salah satu penyebab meningkatnya kekerasan pada rumah
tangga/KDRT. Hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi antar sesama sehingga rasa
saling peduli serta tolong menolong sangat minim.
Saya tidak habis pikir bagaimana seorang suami yang dahulu
mencintai dan mengikat janji untuk bertugas melindungi sang istri serta
anak-anaknya malah menghabisi nyawa mereka dengan tangannya sendiri. Dan yang
lebih mengherankan lagi, kejadian seperti ini sudah bukan sesuatu yang tabu
lagi untuk ditutupi. Sungguh ironis.
Upaya untuk memerangi kekerasan terhadap wanita dan
anak-anak salah satunya dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, pihak swasta
dan seluruh masyarakat. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
harus terus memperkuat advokasi guna meminimalisir kekerasan terhadap wanita
dan anak-anak. Sosialisasi serta pendekatan yang baik adalah salah satu jalan
memperkenalkan masyarakat pada cara-cara untuk melaporkan jika terjadi tindak
kekerasan terhadap wanita dan anak-anak.
Wanita juga harus bersikap lebih tegas. Dalam kondisi saat
ini mengapa wanita lebih banyak menjadi sasaran kejahatan, kemungkinan
dikarenakan ketidakmampuan wanita untuk bersikap tegas dikarenakan keterbatasan
akses, terutama meningkatkan kemampuan ekonomi atau pendidikan. Jika akses
tersebut ada, tidak akan terjadi kasus-kasus pelecehan lagi pada wanita. Wanita
harus punya sikap serta etika, untuk membangun kepercayaan diri.
Selain upaya-upaya tersebut diatas, hal terpenting yang
harus dilakukan adalah kesadaran diri sendiri untuk peduli dan melindungi sesama.
Kejahatan tidak akan terjadi kalau kita saling peduli dan melindungi. Sayangilah
wanita dan anak-anak, karena merekalah tombak Negara. Jangan berikan mereka
trauma batin secara terus-menerus karena berada dalam ketakutan atas tindakan
kejahatan yang selalu menjadikan wanita dan anak-anak sebagai korban.
Wanita memang bukan makhluk langka yang hampir punah, bahkan
jumlah wanita kian lama kian bertambah, namun jika setiap hari kejahatan demi
kejahatan menghantui kami, haruskah kami para wanita membuat sloga “Tanpa Kami,
Kalian Bukan Apa-Apa?”.
EmoticonEmoticon