Bupati Aceh Utara, Muhammad Thaib |
Karenanya, dana bagi hasil migas tidak dapat diharapkan lagi untuk membangun kabupaten dengan 27 kecamatan ini.
Hal itu disampaikan Bupati Aceh Utara, H Muhammad Thaib atau yang kerap disapa Cek Mad, dalam sambutannya pada acara peresmian penanaman perdana bibit jagung di Desa Puuk, Kecamatan Samudera Geudong, yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Lhokseumawe, Kamis (25/9) lalu.
Bupati dalam sambutannya pada acara yang dihadiri sejumlah kepala SKPD, kepala desa dan petani itu memaparkan, keuangan Aceh Utara sudah berimbang sehingga banyak program yang telah diprogramkan harus dipangkas dengan total nilai Rp 241 milyar.
Padahal, dana sebesar itu seharusnya untuk membangun jembatan, jalan, hibah seperti bantuan untuk pembangunan meunasah, masjid, balai pengajian dan lainnya.
Oleh karena itu, masyarakat diharapkannya memaklumi kebijakan Pemkab Aceh Utara yang terpaksa memangkas banyak program pembangunan karena posisi keuangan yang sulit.
Bupati juga meminta masyarakat Aceh Utara untuk kembali lagi ke era pertanian dan perkebunan. Pemkab Aceh Utara telah membuat komitmen dan nota kesepahaman (MoU) di Medan awal 2014 dengan sebuah perusahaan pengadaan benih. Perusahaan ini menyanggupi pengadaan benih jagung dan lainnya untuk petani Aceh Utara.
Perusahaan tersebut, lanjutnya, juga akan menampung hasil pertanian petani Aceh Utara, seperti jagung. Karenanya, dia berharap masyarakat tidak perlu takut hasil panennya tidak tertampung.
Disebutkannya, pemkab dan masyarakat Aceh Utara tidak menaruh harapan lagi kepada dana bagi hasil migas untuk percepatan pembangunan di kabupaten ini karena gas di perut bumi Aceh Utara sudah akan berakhir.
Perusahaan migas, PT Arun akan tutup dan ExxonMobil juga tidak memproduksi gas lagi. Sekarang masyarakat harus bangkit dan fokus kembali pada kegiatan pertanian sebagai kegiatan dasar.
EmoticonEmoticon