AcehXPress.com | Wakil Ketua Umum PBNU Dr KH As'ad Said Ali menegaskan bahwa NU memiliki peran strategis dalam mengatasi aksi radikalisme, karena pendekatan ulama lebih bisa diterima kelompok radikal daripada pendekatan polisi/militer.
"Kelompok radikal itu sering berbeda nama dan cara, tapi bentuk dan ajarannya dapat dipastikan sama, apakah Al Qaeda, ISIS, Jamaah Islamiyah, atau lainnya," katanya dalam bedah buku karyanya di Surabaya, Jatim, Sabtu (29/11).
Dalam bedah buku bertajuk "Al-Qaeda: Tinjauan Sosial-Politik, Ideologi, dan Sepak Terjangnya" dengan tiga pembanding yakni KH Agoes Ali Masyhuri (Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim), Mashuri Malik (kader penggerak PWNU Jatim), dan Ikhwanul Qosim (tokoh pers), ia mengatakan Al-Qaeda itu hakekatnya perlawanan.
"Al-Qaeda itu merupakan kelompok perlawanan terhadap negara X yang disponsori negara Y, lalu kelompok perlawanan dari beberapa negara itu dilatih di Afghanistan dengan dibumbui jihad yang dimaknai dengan perang," ucapnya.
Menurut dia, Indonesia sempat dimintai mengirim personel untuk bergabung dengan kelompok perlawanan yang sudah dilatih itu, namun Indonesia lebih memiliki pendekatan politis, meski akhirnya ada kelompok perseorangan dari Indonesia yang berangkat ke Afghanistan.
"Penolakan kita ternyata tepat, karena jalan tengah yang dipilih itu membuahkan hasil. Misalnya, intelijen Korea pernah minta tolong Indonesia untuk membebaskan 23 warganya yang ditawan Kelompok Taliban pada tahun 2007," ungkapnya. [aktual]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon