Din Minimi: Kami Bukan Kriminal, Tapi Pejuang MoU

Din Minimi
AcehXPress.coNurdin bin Ismail Amat alias Din Minimi kembali menelpon ke redaksi Harian Serambi Indonesia, Rabu (26/11). Dalam percakapan lebih kurang 30 menit Din Minimi membantah pernyataan Junaidi bin Yusuf alias Arab (28) seperti diberitakan harian ini edisi 25 November 2014 dengan judul ‘Tersangka Beraksi dengan Din Minimi.
Katanya, tentang kepemilikan senjata api SS-1 F-2 seperti diceritakan Arab itu tidak ada sama sekali, karena senjata yang dimiliki Din hanya satu pucuk. Selain itu, Din Minimi juga membantah jika disebutkan dirinya sebagai kriminal, tapi dia mengaku sebagai pejuang MoU Helsinki dan UUPA supaya dilaksanakan secara keseluruhan. Karena sejauh ini butir perjanjian itu tidak berjalan, Qanun–qanun juga tidak berjalan sampai saat ini.
Dikatakan juga, selama tiga tahun angkat senjata menuntut keadilan kepada Pemerintah Aceh, Din mengaku belum pernah melakukan penculikan dengan penganiayaan, dan tak pernah menembak orang. “Jadi jangan dilibatkan si Arab dengan saya karena semua yang dituduhkannya adalah bohong dan saya hanya memiliki satu senjata,”ujar Din Minimi.
Din juga mengaku mendukung jika ada investor yang mau berusaha di Aceh Timur atau dimana saja, tapi harus ada komitmen yang pasti dengan Pemerintah Aceh, dengan Bupati, dan Sago, dan masyarakat harus dipekerjakan. Karena itu, Din menegaskan dirinya tidak akan menyerah jika Pemerintah Aceh tidak merealisasikan semua butir MoU Helsinki. Apakah itu hak eks kombatan GAM, hak anak yatim, dan janda korban konflik serta warga yang terimbas konflik, semua harus direalisasikan pemerintah. “Jika hal ini tak direalisasikan, saya akan berjuang terus sampai tetes darah penghabisan,” tegas Din Minimi.
Dijelaskan Din Minimi, penculikan Wakil Panglima Sagoe, Alue Ie Mirah, M Nasir (46), di Desa Jambo Labu, Kecamatan Indra Makmur, pada 4 November 2014, diakui pernah diajak oleh Arab, tapi Din mengaku tidak mau karena itu bukan misinya. “Misi kami mendesak pemimpin Aceh agar memperbaiki kehidupan rakyat Aceh sesuai perjanjian MoU Helsinki,” katanya lagi.
Selain itu Din juga mengaku, sebagai mantan GAM tidak pernah mendapatkan bantuan apapun, dan kini dia memiliki tiga orang anak. Anak pertamanya kelas 1 SMP, kedua kelas 2 SD, ketiga baru berumur 4 tahun. Sedangkan istri Din Minimi, hari-hari dilaporkan bekerja sebagai penderes karet untuk membantu kebutuhan hidup sehari hari. [serambi]


EmoticonEmoticon