Yang mulia Gubernur Aceh, Abu Doto Zaini Abdullah.
Saleum meusyen keu Abu. Pue haba Abu Doto? Mudah-mudahan selalu sehat serta senantiasi berada dalam lindungan Allah Swt.
Saleum meusyen keu Abu. Pue haba Abu Doto? Mudah-mudahan selalu sehat serta senantiasi berada dalam lindungan Allah Swt.
ABU, maafkan kami atas kelancangan menulis surat ini secara terbuka di media. Bukan apa-apa Abu, karena berbagai upaya dan daya kami untuk menjumpai Abu, untuk membicarakan nasib kami, belum juga membuahkan hasil.
Kami maklum, mungkin Abu sangat sibuk akhir-akhir ini, bahkan mungkin tak punya waktu membaca surat ini. Tapi, Abu mohonlah sisihkan sedikit saja waktu, untuk membaca, karena ini adalah jeritan hati kami.
Abu, tak ada maksud apa-apa kami menulis surat ini, kecuali sekadar menyapa Abu, dan menitipkan salam dari warga Geumpang untuk Abu.
Abu Doto masih ingat dengan Geumpang, kan? Saya yakin Abu tak akan lupa dengan Kecamatan yang berada di kaki Bukit Barisan itu, tempat di mana Pawang Rasjid dan pejuang Aceh Merdeka lainnya berperang hingga darah penghabisan, demi rakyat kita, Abu.
Kalau pun Abu lupa, izinkan kami mengingatkan Abu dengan kebaikan masyarakat Geumpang. Sebelum hiruk-pikuk Pilkada yang mengantar Abu ke ‘singgasana’, kami membuat kenduri besar dengan menyembelih tiga ekor kerbau untuk menyambut Abu Doto. Ya... menyambut Abu sebagai calon pemimpin kami.
Kalau pun Abu lupa, izinkan kami mengingatkan Abu dengan kebaikan masyarakat Geumpang. Sebelum hiruk-pikuk Pilkada yang mengantar Abu ke ‘singgasana’, kami membuat kenduri besar dengan menyembelih tiga ekor kerbau untuk menyambut Abu Doto. Ya... menyambut Abu sebagai calon pemimpin kami.
Diiringi selawat badar, Abu dipeusijuek di antaranya oleh Tgk Abdurrahman (Abu Keune), kemudian bersama ratusan anak yatim, dengan sangat khusyu’ kami mendoakan agar Abu menjadi pemimpin di Aceh. Saat itu kami yakin Abu bisa menuntun kami ke gerbang kemakmuran.
Oh ya Abu, hal serupa juga pernah orang tua kami lakukan terhadap Wali Tgk Hasan Muhammad di Tiro. Pada 1977 Wali Neugara sengaja datang ke Geumpang untuk dipeusijuek dan minta didoakan supaya perjuangan beliau diberkahi Allah. Sekali pun Wali tak berhasil mewujudkan mimpi Aceh merdeka, tapi berkat perjuangan Wali, Abu kini bisa menikmati empuknya kursi Gubernur Aceh. Kami yakin, empuknya kursi itu tak akan membuat lena Abu, tapi menjadi modal mewujudkan kesejahteraan. Mimpi rakyat kita, Abu!
Tapi tahukah Abu, hari-hari kami lalui kini terasa begitu panjang. Abu seperti melupakan kebaikan hati kami, hati orang tua kami dan hati masyarakat Geumpang. Rasa penyesalan dan sumpah serapah kini mulai bermunculan dari masyarakat Geumpang. Semua mereka kini mulai membenci Abu Doto, sosok yang dulu begitu dimuliakan oleh mereka.
Tapi tahukah Abu, hari-hari kami lalui kini terasa begitu panjang. Abu seperti melupakan kebaikan hati kami, hati orang tua kami dan hati masyarakat Geumpang. Rasa penyesalan dan sumpah serapah kini mulai bermunculan dari masyarakat Geumpang. Semua mereka kini mulai membenci Abu Doto, sosok yang dulu begitu dimuliakan oleh mereka.
Kami kecewa
Semua itu bermula setelah Abu memerintahkan untuk menutup usaha tambang yang dikelola secara tradisional oleh masyarakat Geumpang-Mane dan Tangse. Awalnya kami tak begitu peduli, sekali pun itu menyakitkan, Abu. Tapi, rupanya Abu juga memerintahkan Kapolda Aceh menindak tegas warga penambang.
Semua itu bermula setelah Abu memerintahkan untuk menutup usaha tambang yang dikelola secara tradisional oleh masyarakat Geumpang-Mane dan Tangse. Awalnya kami tak begitu peduli, sekali pun itu menyakitkan, Abu. Tapi, rupanya Abu juga memerintahkan Kapolda Aceh menindak tegas warga penambang.
Perlu Abu tahu, warga yang Abu minta ditindak tegas itu 80 persen di antaranya adalah mantan pejuang yang bersama-sama Abu dulu memberontak pada NKRI. Yang membuat kami kecewa, Abu selalu menerima informasi dari pihak yang menyudutkan kami, tanpa sedikit pun Abu mau mendengar pembelaan kami. Apa salah kami, Abu?
Sejak instruksi yang Abu keluarkan, beberapa tokoh di Geumpang-Mane dan Tangse mencoba menemui Abu, untuk menjelaskan duduk persoalan dan mencari solusi terbaik bagi masyarakat penambang. Berbagai cara telah kami usahakan, melalui Apa Karya dan sebagainya. Namun mereka menolak mentah-mentah untuk mempertemukan kami dangan Abu Doto. Ya, dengan Abu yang dulu dipeusijuek oleh warga kami.
Tgk Abdurrahman yang kami anggap orang tua di kampung juga berusaha mencari cara agar bisa bertemu dengan Abu. Bahkan, beberapa orang dekat Abu telah beliau kontak termasuk ajudan dan Tgk Hasbi Abdullah. Namun jawaban mereka selalu “Menunggu Abu ada waktu”.
Setelah berhari-hari kami menunggu kapan Abu Doto ada waktu, juga tak ada kepastian. Kami seperti menunggu sesuatu yang tak pasti. Jangan-jangan Abu sudah melupakan kami, dan menganggap masalah kami tak begitu penting.
Apakah Abu menunggu terjadinya bentrokan antara warga dan aparat yang Abu perintahkan sehingga ada korban yang jatuh? Atau Abu menunggu masyarakat penambang dari Mane-Geumpang dan Tangse datang ke Pendopo?
Abu Doto yang kami muliakan. Soal tambang itu “harga mati” buat kami. Bahwa cara kami mengolah selama ini dianggap tidak ramah lingkungan, kami siap untuk beralih ke yang ramah lingkungan.
Perlu Abu Doto’ ketahui, beberapa hari yang lalu kami telah menemui tim ahli dari Unsyiah, penemu cara mengolah emas yang ramah lingkungan. Ternyata cara itu telah dua tahun lalu ditemukan, dan telah beberapa kali diuji coba. Namun alat ini masih “disembunyikan” oleh pihak Bapedalda Aceh, selaku pihak yang membiayai penelitian tim Unsyiah ini.
Setelah melihat alat dan cara kerjanya, kami pun meminta izin kepada Kepala Bapedalda Aceh, Ir Anwar Muhammad MSi. Kami berharap Bapedalda mengizinkan tim Unsyiah untuk turun ke Geumpang, mengajarkan kami menggunakan alat tersebut.
Saat itu juga, kami meminta izin kepada Bapak Anwar Muhammad agar alat ini bisa dipublikasi di media, sehingga memberi harapan bagi warga Geumpang-Mane dan Tangse untuk kembali mencari nafkah, seperti sediakala. Namun apa daya, Pak Anwar Muhammad menolaknya. Coba Abu Doto tanyakan ke beliau, kenapa?
Mencari solusi
Abu Doto yang mulia, sebelum hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi, mohon kearifan Abu untuk menerima perwakilan kami, agar kita sama-sama bisa mencari solusi terbaik atas permasalahan ini. Tapi, jika Abu mengabaikan kami dan tidak peduli pada penderitaan kami, saya yakin warga Geumpang-Mane dan Tangse juga akan belajar mengabaikan dan tidak peduli lagi sama Abu.
Mencari solusi
Abu Doto yang mulia, sebelum hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi, mohon kearifan Abu untuk menerima perwakilan kami, agar kita sama-sama bisa mencari solusi terbaik atas permasalahan ini. Tapi, jika Abu mengabaikan kami dan tidak peduli pada penderitaan kami, saya yakin warga Geumpang-Mane dan Tangse juga akan belajar mengabaikan dan tidak peduli lagi sama Abu.
Perlu Abu ketahui, kami warga Geumpang adalah warga pegunungan, yang sejak lahir sudah dididik dan dibiasakan untuk menjaga lingkungan hidup. Sejak kecil kami sudah diajarkan untuk menjaga hutan beserta seluruh binatang yang ada di dalamnya. Karena di situlah sumber kehidupan kami.
Abu, jika kami tidak menjaga lingkungan (seperti tudingan sejumlah pihak), maka tak ada lagi hutan dan binatang liar di Geumpang. Tapi Abu lihat, pernahkah warga Geumpang membunuh gajah atau binatang liar lainnya? Tidak pernah Abu. Tahun lalu ada kematian gajah, tapi itu karena tersengat kabel listrik milik PLN.
Kenapa konflik manusia dengan binatang jarang terjadi di Geumpang? Selain sejak kecil kami telah diajarkan untuk cinta lingkungan, juga karena kami punya sumber penghasilan lain dari alam Geumpang. Namun Abu, kini sumber penghasilan kami itu kini telah terganggu dengan intruksi dari Abu.
Abu Doto Zaini Abdullah yang kami muliakan. Sebenarnya masih banyak hal yang ingin kami sampaikan. Namun, kami sadar tidak semuanya bisa dimuat di media ini. Sehingga kami sangat berharap Abu bisa meluangkan waktu satujam saja untuk menerima kunjungan kami.
Demikianlah surat terbuka ini kami tulis dengan sangat hati-hati. Jika ada kata-kata yang tak berkenan mohon dimaklumi, karena kami anak kampung.
Geumpang, 8 September 2014
Salam hormat kami,
Salam hormat kami,
Muhammad Nasir Us. (Tgk. Ninja)
Koordinator Penambang di Geumpang
Koordinator Penambang di Geumpang
sumber: Serambi Indonesia
EmoticonEmoticon