REKTOR UIN Ar-Raniry, Farid Wajdi Ibrahim memberikan cendera mata kepada dua Pembina ICAIOS, Anthony Reid dan Isaac Kerlow serta Tadashi Ogawa dari Japan Foundation pada penutupan Konferensi Internasional di Auditorium Prof Ali Hasjmy Banda Aceh, Selasa (18/11) malam.
AcehXPress.com |Sebanyak 17 perwakilan negara yang hadir ke Aceh ikut International Conference on Aceh and Indian Ocean (ICAIOS) Ke-5, menyepakati perlunya dibentuk Pusat Studi Kawasan Asia (Center for Asia Studies) yang akan dipusatkan di Kampus UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.
Kesepakatan tersebut lahir dalam rekomendasi pada closing remarks Konferensi ICAIOS yang digelar sejak Senin (17/11) hingga Selasa (18/11) kemarin di Gedung Auditorium Prof Ali Hasjmy, UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh.
Rekomendasi lainnya, perlunya menerapkan unsur sains dalam kajian tentang tsunami di Aceh. Hal ini diangap perlu karena selama ini di Aceh tsunami hanya dikaji melalui sudut pandang sejarah. Padahal, negara lain melihat ini sebagai kajian ilmiah yang perlu dikembangkan dan harus dikaji lebih mendalam untuk mewaspadainya di masa mendatang.
Rekomendasi lain yang tak kalah pentingnya adalah membangun pusat studi kawasan yang akan dipusatkan di Kampus UIN Ar-Raniry.
Saat menutup konferensi itu Selasa (18/11) malam di Gedung Ali Hasjmy, Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim MA menanggapi secara positif salah satu butir rekomendasi itu.
Saat menutup konferensi itu Selasa (18/11) malam di Gedung Ali Hasjmy, Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim MA menanggapi secara positif salah satu butir rekomendasi itu.
Menurut Farid, kampus yang ia pimpin sekarang sedang bertransformasi untuk menerapkan semua disiplin ilmu. Dengan adanya pencanangan tersebut, maka akan sangat membantu UIN Ar-Raniry untuk lebih dikenal di seantero Indonesia dan dunia internasional.
“Apa yang dilakukan dalam dua hari ini dan rencana pembentukan pusat studi itu saya rasa akan sangat menguntungkan perguruan tinggi kami saat ini. Manfaatnya pasti akan sangat dirasakan oleh kampus kita, apalagi status kita sekarang sudah berubah,” kata Farid. Maksudnya, sudah berubah status dari IAIN menjadi UIN Ar-Raniry.
Rekomendasi tersebut, kata Farid, jika benar-benar terwujud, maka akan menjadi promosi gratis bagi UIN Ar-Raniry. Terkait kegiatan yang telah dilakukan ICAIOS bekerja sama dengan UIN Ar-Raniry itu, Farid sangat mengapresiasinya. Kedatangan semua perwakilan 17 negara ke kampus negeri itu merupakan kehormatan baginya dan seluruh civitas akademika.
Farid berharap, hasil dari konferensi itu bisa diaktualisasikan dalam bentuk ilmiah dan nantinya akan menjadi salah satu bahan kajian menarik bagi siapa pun, terlebih bagi para mahasiswa. “Ke depan di kampus kita akan dibuka berbagai disiplin ilmu, selain dari ilmu-ilmu agama yang telah kita kembangkan selama ini. Jadi, saya rasa, hasil konferensi ini akan menjadi acuan kepada kita nanti,” sebut Farid.
Ketua Pelaksana ICAIOS V, Dr Anton Widyanto, dalam laporannya menyebutkan, dipilihnya Aceh sebagai Pusat Studi Kawasan Asia dikarenakan Aceh adalah satu kawasan yang dianggap begitu strategis di kawasan Samudera India. Selain itu, Aceh merupakan wilayah yang mempunyai sejarah hebat tentang tsunami dan dianggap layak sebagai pusat karena berbagai penelitian ilmiah bisa dilakukan di Aceh. “Dengan adanya pusat studi itu, kita akan bersinergi dengan negara-negara lain dan membangun konektivitas yang kuat antarnegara, terutama dengan negara yang telah membantu Aceh pascatsunami,” kata Anton.
Dia ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras mewujudkan kegiatan tersebut. Acara yang digelar secara periodik setiap dua tahun itu nantinya akan diadakan di tempat berbeda. Untuk sementara, pihaknnya belum mau menyebutkan di mana ICAIOS ke-6 dilaksanakan. [Serambi]
EmoticonEmoticon