Demokrasi Bukan Ajang Kompetisi

ilustrasi
XPresiana Berbicara mengenai Demokrasi, mungkin tidak akan pernah luput dari perbincangan politik. Jika bergumam tentang politik, saya adalah salahsatu orang yang awam tentang politik Negeri ini, tapi saya tidak buta terhadap politik dan tidak akan pernah buta terhadap politik, karena sesungguhnya tatanan kehidupan masayarakat bergantung pada kebijakan politik. Bayangkan jika harga cabe bisa bergantung pada kebijkan politik, lantas bagaimana dengan mereka yang tiap detik menjerit hingga tak tersisa air mata di kelopak matanya, berharap daftar Nama yang meraka jumpai di bilik kecil berlogo KPU bisa menoleh dan mengulurkan tanganya kepada mereka.

Siapa yang bisa membuat kebijakan politik sesuai dengan keinginan rakyat? Tentunya kumpulan orang hebat yang duduk di atas kursi tanpa karat. Dengan memegang semboyan Demokrasi, tanpa kita suruh mereka akan beraksi. Lantas apa itu yang dinamakan Demokrasi? Saya juga orang yang awam tentang Demokrasi, tapi saya hanya tahu satu rumus, bahwa demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Karena hakikat demokrasi adalah memberikan hak yang sama kepada setiap warganya dalam pengambilan keputusan yang dapat merubah hidup mereka. Lalu bagaimana dengan penerapan Demokrasi di Negeri ini?

Mungkin kita bisa melihat, bagaimana aksi Partai Politik membujuk hati rakyat dengan berbagai macam cara sesaat sebelum pemilu berlangsung. Saat itu rakyat kecil benar-benar dimanjakan oleh pelayanan prima Partai Politik. Tidak cukup hanya dengan pelayanan public, media massa juga sebagai ajang promosi layaknya iklan bebas, semata-mata untuk meningkatkan elektabilitas Partai Politik, bahkan tak jarang aksi saling menjatuhkan antar sesama terjadi. Semua itu layaknya kompetisi, memperebutkan kekuasaan dan menjadi yang nomor satu.

Apakah demokrasi di Negeri ini hanya sebatas ajang kompetisi dari berbagai macam koalisi? Saya juga tidak mengerti. Semua orang-orang hebat disana selalu mengumandangkan nama Rakyat, Rakyat dan Rakyat. Mereka ingin mensejahterakan rakyat, tapi dengan caranya sendiri-sendiri. Tidak menerima cara orang lain. Apakah itu yang disebut Demokrasi? Ada Koalisi merah putih, ada Indonesia Hebat. Keduanya sama-sama kuat, sama-sama hebat tapi saling berseberangan. Saya sangat miris jika mendengar kata-kata “Walaupun Presidenya Indonesia Hebat, Tapi Merah Putih yang berkuasa” bagaimana bisa tecipta pemerintahan yang demokratis dan harmonis jika keadaan seperti itu. Bagaimana juga bisa tercipta kebijakan politik yang tepat jika Eksekutif dan Legislatif tidak sejalan dalam membangun Negeri. Mereka ingin menyalurkan aspirasi Rakyat, sebagai salahsatu wujud dari penerapan Demokrasi, lalu rakyat yangmana yang ingin disalurkan aspirasnya? Rakyat Presiden atau rakyatnya DPR?

Saya tidak akan pernah memprotes kebijakan presiden mendatang dan saya tidak akan pernah berkomentar tentang wakil Rakyat, karena saya termasuk orang yang Gol Put, jadi saya tidak punya hak untuk mengeluarkan suara untuk mereka. Tapi saya sebagai rakyat kecil yang awam hanya bisa berkata “Demokrasi Bukan Ajang Kompetisi” []

XPresiana adalah berupa Jurnalisme Warga, baik berita maupun opini. Setiap berita atau opini di XPresiana menjadi tanggung jawab Penulis.


Penulis: Cak Ricky
Sumber: Kompasiana


EmoticonEmoticon