Surabaya Zoo (KBS) |
Primata berbobot satu kwintal itu duduk dengan wajah malas di penangkarannya, sebuah taman dengan luas sekitar 5x5 meter (m) yang dilingkungi benteng setinggi 2 meter.
Pandangannya mengawasi gerak-gerik kami, para pewarta dan jajaran pengurus KBS, yang berkerumun menyaksikannya di luar kandang.
Menambatkan tubuhnya yang gendut di atas rumput, tangan dora mengobok-obok kolam di hadapannya. Ah, rupanya dia mencari batu kerikil. Segera setelah meraih kerikil itu, dia langsung melemparkannya ke arah kami.
“Dora, nggak boleh,” sergah Aschta Boestani Tajudin, Direktur Operasional KBS, sembari memberi isyarat dengan tangannya.
Namun agaknya Dora tak menghiraukan perintah ibu asuhnya itu. Dia tetap melempar kami berkali-kali. Uniknya, lemparannya begitu terarah, sehingga terpaksa kami lah yang harus waspada dan menghindar. Aschta menjelaskan, setiap primata adalah pengamat dan peniru yang baik. Menurut Aschta, melempar adalah salah satu kebiasaan yang sering dilakukan para pengunjung terhadap dia.
Sekilas, orang awam tidak akan mengetahui bahwa Dora sedang berbadan dua karena orangutan pada umumnya memiliki perut yang buncit. Meski begitu Aschta yang telah 20 tahun bergelut di lembaga konservasi orangutan tahu benar bahwa Dora sedang mengandung.
Berdasarkan catatan Aschta, kehamilan dora sudah menginjak bulan kelima. Hitungan itu dia dapat karena terakhir Dora dicampur dengan Acong, orangutan jantan pada Mei lalu. “Diperkirakan, Dora akan melahirkan Februari (2015),” kata Aschta.
Di luar kegembiraan Aschta menyambut anggota baru keluarga besar KBS, dia menyimpan sejumlah kecemasan. Salah satunya, Aschta menyesalkan Dora telah kehilangan naluri kelibuan. Seperti terhadap dua anak sebelumnya, yakni Damai (3 tahun) dan Rizki (1,5 tahun), Dora tidak mau menyusui terlebih mengurus mereka. [rol]
EmoticonEmoticon