Khairil Anwar |
AcehXPress.com |Masih segar di ingatan seluruh masyarakat Indonesia tentang apa yang terjadi beberapa hari yang lalu. Masalah yang masih panas di bicarakan dan seakan tak ada habisnya di bahas mengenai kenaikan harga BBM di mana muncul banyak polemic pro dan kontra di Negara ini. Bagi sebagian masyarakat menyikapi masalah tersebut dengan biasa saja serta ada pula yang di sikapi dengan rasa menolak yang teramat sangat.
Mengingat dengan tengah turunnya harga minyak dunia saat ini, keputusan yang di ambil oleh pemimpin negeri ini seakan susah untuk di terima oleh logika. Dengan rendah nya pendapatan perkapita di Indonesia saat ini, seakan kenaikan harga BBM tersebut menambah derita masyarakat menengah kebawah. Walau pun dengan kenaikan harga BBM tersebut yang artinya mengurangi subsidi dari pemerintah itu ditujukan untuk program lainnya seperti di sector pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan yang akrab di sapa dengan 3 kartu sakti itu membawa efek yang penting juga terhadap masyarakt tapi saya merasa kebijakan tersebut seperti kita mengambil suatu jalan pintas yang belum tentu tepat pada sasaran karena sebagaimana kita ketahui BBM merupakan sesuatu yang fital karena dengan naiknya harga tersebut maka mempengarahi lonjakan harga yang lain seperti kebutuhan sandang, pangan, transportasi, dll.
Di tengah carut-marutnya masalah BBM tersebut muncullah suatu guyonan/candaan di media jejeing social seperti sebuah poster presiden soeharto yang seolah menanyakan “ apa kabarmu? Enakan masaku dulu toh”. Ya mungkin secara sekilas itu adalah suatu candaan tapi jika dilihat lebih mendalam kalimat tersebut seolah menjadi tamparan keras untuk pemerintahan saat ini. Bukan bermaksud untuk memandingkan pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh soeharto dengan pemerintahan saat ini tapi walau pun terdapat sisi negatif pada pada masa ode baru marilah kita melihat kearah yang lebih positif dimana kehidupan rakyat pada masa tersebut secara ekonomi lebih baik dari pada saat ini, dimana Indonesia mampu mewujudkan swasembada pangan. Tak pelak masyarakat menengah kebawah saat ini menginginkan masa swasembada pangan itu kembali lagi karena mengingat saat ini bahan pangan di pasaran Indonesia telah di serbu oleh produk import.
Dibagian akhir ini tak adil rasanya jika mengkritik tanpa memberi solusi tetang hal yang telah terjadi tersebut. Sejatinya saya sangat mendukung dengan program 3 kartu sakti yang di berlakukan oleh pemerintah tapi di balik itu saya merasa tak seharusnya dana untuk menjalankan program tersebut di ambil dari dana subsidi BBM. Jadi, solusi yang saya tawarkan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah alangkah baiknya jika dana yang di ambil untuk menjalankan 3 kartu sakti tersebut diambil dari :
1. Menaikan harga pajak kendaraan karena mengingat dengan banyaknya jumlah kendaraan di Indonesia ini saya rasa sudah saatnya UU tentang perpajakan kendaraan di perbaharui dan solusi tersebut juga sedikit dapat membantu memecahkan masalah kemacetan di beberapa daerah.
2. Menaikan harga bea cukai terhadap rokok dan minuman beralkohol karena secara kalkulasi kesehatan ke-dua barang tersebut kurang bermanfaat.
3. Pemotongan tunjangan dan gaji terhadap pejabat pemerintahan di negeri ini mengingat ini merupakan masalah klasik di negeri ini saya rasa sudah saatnya ini diberlakukan jika benar adanya revolusi mental akan di lakukan.
4. Pembatasan kuota import terhadap bahan pangan, jika kita mampu mencukupi diri sendiri dengan swasembada pangan mengapa harus menadahkan tangan terhadap Negara lain.
Semoga saran yang saya berikan ini dapat dipertimbangkan oleh pemerintahan saat ini.
Penulis : KHAIRIL ANWAR
(Mahasiswa Teknik Elektro Angkatan 2012, Universitas Malikussaleh)
XPresiana adalah ruang
jurnalisme warga yang disediakan oleh Koran Online ACEHXPRESS.COM - Silakan
kirim berita maupun opinimu.
EmoticonEmoticon