Sandiwara PDIP (3) 'Jokowi bukan lagi kita'

Joko Widodo Saat Membacakan Keputusan Kenaikan BBM
AcehXPress.co|Raut wajahnya langsung berubah muram saat dimintai komentar soal kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Dia benar-benar kecewa dengan keputusan Presiden Joko Widodo itu.

Belum genap sebulan Joko Widodo Selasa malam pekan lalu mengumumkan harga baru buat bensin premium dan solar. Kedua bahan bakar ini sama-sama naik Rp 2 ribu. Premium menjadi Rp 8.500 per liter dan solar Rp 7.500.

"Ternyata semua presiden sama aja. Baru naik udah naikin harga BBM (bahan bakar minyak)," kata Yuni, buruh cuci berupah setengah juta rupiah, kepada merdeka.com pekan lalu. Dia menambahkan tadinya menaruh begitu besar harapan kepada mantan gubernur Jakarta dan wali kota Solo itu.

Sedari awal dia kepincut dengan Joko Widodo digambarkan oleh pelbagai media sebagai pemimpin prorakyat, dekat dengan rakyat, dan sederhana. Dia mulanya yakin jika terpilih Joko Widodo bakal memperjuangkan nasib rakyat kecil seperti semboyan partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), membela wong cilik. 

Sampai-sampai selama masa kampanye tercipta lah slogan Jokowi adalah kita atau rakyat. Lewat slogan ini, tim kampanye ingin meyakinkan pemilih Jokowi adalah rakyat dan dekat dengan rakyat. 

"Tapi udah kepilih, dia malah susahin rakyat," ujar ibu empat anak itu.

Anggota Komisi VII Bidang Energi Dewan Perwakilan Rakyat Aryo Djojohadikusumo menyesalkan keputusan pemerintah itu. Dia menyebut pengalihan subsidi BBM menjadi Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Keluarga Sejahtera tidak relevan.

Dia menyebut kenaikan harga bahan bakar bersubsidi ini berlawanan dengan harga minyak dunia turun. "Di seluruh dunia harga minyak turun, kenapa Indonesia satu-satunya negara menaikkan harga BBM? Tidak ada logika ekonomi dan logika pasar," tuturnya.

Lantaran kenaikan harga BBM, dia memastikan daya beli masyarakat menjadi rendah sebab beban pengeluaran mereka bertambah. "Rakyat dibikin miskin dulu baru pelan-pelan dikurangi penderitaannya."

Pemerintah boleh berkilah dengan alasan apapun. Tapi bagi sebagian besar masyarakat kecil, seperti Yuni, Jokowi bukan lagi kita. Bahkan dia telah menjauh dari kita. [Merdeka]


EmoticonEmoticon