Foto : Analisa |
Dalam kesempatan tersebut Pemkab Gayo Lues menerima sertifikat dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI). Lembaga pencatat rekor ini mengganjar pagelaran Tari Saman di Stadion Seribu Bukit itu sebagai sejarah Superlatif Rekor Dunia. “Hari ini dengan bangga dan penuh hormat, MURI menganugerahkan rekor atas Tari Saman dengan peserta terbanyak 5.057 orang. Rekor hari ini dengan bangga didedikasikan kepada segenap masyarakat Kabupaten Gayo Lues,” ujar Perwakilan MURI.
Awalnya, para penari dan seluruh penonton serta para pejabat yang berada di tribun utama stadion sempat dibuat kecewa oleh perwakilan MURI, yang menyatakan agar masyarakat Aceh dan Gayo Lues jangan berbangga karena Tari Saman Massal hari ini tidak mungkin dicatat sebagai rekor nasional. “Selamat atas pagelaran Tari Saman Massalnya. Namun, kami harus menyampaikan maaf karena berdasarkan catatan kami pagelaran tari hari ini tidak bisa kita catatkan sebagai rekor nasional di MURI,” terangnya.
Mendengar pernyataan tersebut, ribuan masyarakat dan penari yang telah bermandi peluh di Stadion Seribu Bukit mendadak terdiam. “Tapi Tari Saman masssal hari ini, dengan penuh hormat kami nyatakan sebagai rekor dunia,” ujar perwakilan MURI yang disambut dengan sorakan gembira dan tepuk tangan meriah dari seluruh hadirin.
Setelah pengucapan pencapaian rekor tersebut, perwakilan dari MURI langsung menyerahkan Sertifikat MURI tersebut kepada Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf dan Bupati Gayo Lues, Ibnu Hasyim disaksikan ribuan penari dan penonton yang telah memadati stadion kebanggaan masyarakat Gayo Lues itu.
Dalam sambutan singkatnya, Wagub Aceh menjelaskan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh sangat mendukung kegiatan yang digagas Pemkab Gayo Lues ini karena merupakan bagian dari upaya pembangunan daerah. “Kegiatan ini merupakan langkah dan upaya kita untuk meningkatkan pembangunan di Aceh, khususnya pembangunan di Kabupaten Gayo Lues,” ujar Muzakir Manaf.
Istimewa
Wagub memaparkan, pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) yang secara resmi menyatakan bahwa Tari Saman merupakan warisan budaya asli dari Tanah Gayo, adalah suatu hal yang istimewa. “Unesco merupakan lembaga resmi PBB yang dikenal sangat berhati-hati dalam memberi pengakuan terhadap sebuah cagar budaya. Ada banyak negara yang mengajukan permohonan kepada Unesco untuk mendapatkan pengakuan atas warisan budaya mereka, tapi Unesco tidak sembarangan memberi pengakuan tersebut. Mereka harus menelusuri asal usul budaya itu, keasliannya, keunikannya serta nilai-nilai sejarah yang ada di dalamnya,” terang wagub.
Indonesia sendiri baru mendapatkan enam pengakuan dari Unesco untuk warisan budaya kategori tak benda, yaitu wayang, keris, kain batik, angklung, subak di Bali, dan Tari Saman yang merupakan tarian rakyat dari Tanah Gayo. Pengakuan Unesco untuk Tari Saman disampaikan dalam sebuah pertemuan di Bali pada 24 November 2011 lalu.
Pada September lalu, gubernur bersama sejumlah pejabat Pemprov Aceh diundang oleh Unesco dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menerima serifikat pengakuan dari Unesco. “Karena itu, pada hari ini saya datang ke Gayo Lues untuk menyerahkan setifikat tersebut kepada masyarakat Gayo, yang dalam hal ini diwakili Bupati Gayo Lues. Sertifikat itu memang hanya selembar kertas dari Unesco, tapi di balik semua itu, ada pesan moral yang harus kita pikul ke depan, yaitu tanggung jawab untuk melestarikan dan mengembangkan Tari Saman agar tetap menjadi simbol dan identitas bangsa,” tegas Muzakir.
Sejarah Tari Saman sangat erat kaitannya dengan sejarah penyebaran agama Islam di Aceh. Disebut Tari Saman karena diciptakan seorang ulama bernama Syekh Saman pada abad 14 Masehi. Awalnya tarian ini merupakan permainan rakyat yang kerap ditampilkan dalam pesta adat dan budaya di Tanah Gayo. Karena sangat menarik, tari ini kemudian dikembangkan penciptanya dengan diperkaya syair dan pujian kepada Allah SWT dan kemudian digunakan sebagai media syiar Islam.
Seiring perkembangan zaman, Tari Saman kini menjadi salah satu seni budaya yang banyak dipelajari di sekolah-sekolah. Bukan hanya di Aceh, tapi juga di luar Aceh dan bahkan di luar negeri. Begitu menariknya, sehingga Tari Saman kerap menjadi icon Indonesia dalam berbagai festival budaya dunia. [Analisa]
EmoticonEmoticon