Kisah Masjid Aceh, Pusat Manasik Haji Asia Tenggara

Masjid Tengku di Anjong
AcehXPress.coSerambi Mekah. Ituah julukan Aceh. Julukan itu salah satunya merupakan `sumbangan` dari aktivitas manasik haji yang dilakukan seorang ulama Aceh pada abad ke-18.

Sebelum berangkat ke tanah suci Mekah melalui jalur laut di Selat Malaka, calon jamaah haji dari seluruh Nusantara dan Semenanjung Malaya pada masa itu terlebih dahulu belajar manasik haji di dayah (pesantren) milik Teungku Di Anjong ini.

Dayah itu terletak di Gampong Peulanggahan, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh. Letaknya persis di mulut Selat Malaka yang bersebelahan dengan Krueng Aceh. Di dayah itu Teugku Di Anjong juga mengajar mengaji kepada murid-muridnya.

Nama asli ulama itu Al Quth Al Habib Sayyid Abu Bakar bin Husin Bilfaqih. Jejak ulama besar ini dapat kita lihat dari keberadaan Masjid Teungku Di Anjong. Bangunan bergaya lama yang didominasi warna putih dan hijau ini terdiri dari tiga lantai yang membentuk kerucut.

Dibandingkan dengan model masjid lainnya di Banda Aceh, bentuk dan bangunan masjid ini terbilang unik. Sebelum hancur oleh terjangan tsunami, seluruh bangunan masjid terbuat dari kayu, lantainya terbuat dari tegel berbahan dasar tanah. Atapnya terbuat dari seng yang mempunyai ketebalan sampai dua centimeter.

Nama Masjid Teungku Di Anjong diberikan masyarakat Peulanggahan sebagai bentuk apresiasi dan penghormatan terhadap ulama pendiri masjid ini. Berdiri di atas tanah seluas empat hektar, tak hanya ada bangunan masjid saja dikompleks ini, tetapi juga ada makam Teungku Di Kandang dan makam-makam lainnya yang terdiri dari sahabat-sahabatnya.

Beliau adalah sosok ulama tasawuf dan berperan sebagai ulama fiqih yang membimbing manasik haji bagi calon jamaah haji dari seluruh wilayah Nusantara dan Asia Tenggara. Untuk menampung para jamaah dari berbagai negara tersebut, TeungkuDi Anjong membangun semacam asrama yang dikenal dengan sebutan Rumoh Raya. Konon inilah hal ihwal ditabalkannya julukan Aceh Serambi Mekah.

Di Rumoh Raya inilah para jamaah berkumpul sebelum akhirnya mereka berangkat menuju Mekkah dengan pelayaran yang dimulai dari Krueng Aceh. Konon katanya, asal muasal Gampong Peulanggahan berasal dari kata persinggahan, karena daerah ini banyak dilalui atau disinggahi oleh para jamaah yang hendak melalukan ibadah haji ke Tanah Suci. []



dream

Related Posts


EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng
:lv