Jalan Provinsi Rusak Tiga Kampung di Aceh Tengah Terisolir

Anggota DPRA, Adam Mukhli meninjau jalan provinsi yang rusak
menyebabkan tiga kampung terisolir di Kecamatan Linge,
 Aceh Tengah, Jumat (31/10).| Analisa
AcehXPress.co|  Takengon - Tiga kampung di Kecamatan Linge, Aceh Tengah, terisolir akibat rusaknya jalan provinsi disebabkan curah hujan tinggi dalam sepekan terakhir. Warga di Kampung Gemboyah, Arul Item dan Kampung Antara yang terisolir, Jumat (31/10), berharap ruas jalan dan jembatan yang rusak segera dapat diperbaiki.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Adam Mukhlis yang turun ke lokasi membenarkan rusaknya jalan dan jembatan. Menurutnya, beberapa titik ruas jalan provinsi penghubung tiga wilayah kecamatan ini terjadi abrasi pada badan jalan serta jembatan sehingga masyarakat tidak dapat melintas.
“Kita telah berkoordinasi dengan instansi terkait utamanya Dinas Bina Marga Provinsi Aceh melalui Kepala UPTD BMCK, Ir. Amran yang berkantor di Takengon,” kata Adam Mukhlis.
Dijelaskan, pada prinsipnya pihak bina marga telah bekerja di lapangan melakukan tindakan darurat serta mengerahkan alat berat ke daerah-daerah bencana. “Namun, karena titik bencana cukup banyak sementara alat terbatas maka kita sangat berharap kepada masyarakat untuk bersabar serta bergotong royong membuat jalan alternatif yang bersifat darurat,” katanya.
Adam menyebutkan, upaya untuk penanggulan bencana dari instansi terkait di daerah itu dinilainya cepat tanggap. Dirinya juga berjanji aka membicarakannya dengan dinas terkait di provinsi agar penanganan di wilayah tengah Aceh itu selalu mendapat perhatian serius. Salah satunya penanganan akses menuju ke beberapa titik daerah terisolasi akibat bencana alam tersebut.
Perwakilan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tengah, Abadan Sakura, ST dan anggota dinas bina marga juga turut meninjau lokasi.
Kepala Kampung Gemboyah, Rusli mengatakan, banjir bandang yang terjadi di arus sungai Kampung Gemboyah menyebabkan terjadinya abrasi sehingga badan jalan jatuh terbawa arus air. Akibatnya antara jembatan dan badan jalan terpisah dan bila tidak segera ditangani, maka kemungkinan jembatan juga akan jatuh terbawa arus.
“Kami ingin segera ada bantuan dari pemerintah agar jembatan yang menghubungkan Kampung Gemboyah dan Kampung Antara, Kecamatan Linge, itu tidak terbawa arus. Pembersihan lokasi longsor tidak mungkin dilakukan secara manual, maka kami mohon Pemerintah Provinsi Aceh atau pemerintah kabupaten mengirimkan alat berat secepatnya,” pinta Rusli.
Lansir Barang
Pantauan Analisa, masyarakat terpaksa melansir barang-barang mereka agar dapat diangkut ke Kampung Jagong maupun ke ibu kota kabupaten, Takengon. Hal yang sama terjadi di Kampung Antara dan Kampung Arul Item, bahkan warga membuat jembatan darurat sebagai jalan alternatif.
“Ada warga kami yang istrinya mau melahirkan harus ditandu dengan kain menyeberangi longsor menuju rumah sakit,” jelas Rusli.
Sementara itu, longsor tanah menimbun jalan kembali terjadi di lintas Takengon-Bireuen, dini hari di kawasan Kilometer 92, Merie Satu perbatasan antara Aceh Tengah dan Bener Meriah, sehingga arus transportasi dua arah putus total selama 4 jam.
Sejumlah kendaraan roda empat baik penumpang umum jenis L300, pikup bermuatan ikan, bus, dan truk serta sepeda motor dari arah Bireuen terpaksa antre. “Saya dari Banda Aceh dengan L300, lebih dari satu jam menunggu material longsor dibersihkan di Merie Satu,” kata Auliya, salah seorang penumpang.
Menurut warga setempat, M. Rasyid, longsor susulan terjadi sekitar pukul 01.00 WIB dengan lokasi 500 meter dari Pos Retribusi Merie Satu arah Takengon. Longsor kembali terjadi pukul 03.00 WIB di titik berbeda sebelum pos tersebut dan menutup akses jalan. Pembersihan jalan baru dikerjakan pagi hari. [Analisa]


EmoticonEmoticon