BPS Sebut Kenaikan Harga Elpiji Picu Inflasi di Aceh

elpiji
AcehXPress.coBadan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadinya kenaikan harga elpiji ukuran 12 kg menjadi pemicu utama terjadinya laju inflasi di Provinsi Aceh. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, akibat terjadinya kenaikan harga berbagai barang komoditas, tiga kota besar di Aceh mengalami inflasi pada September 2014 ditandai naiknya indeks harga konsumen (IHK).
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Aceh, Darmawan menyebutkan,  ketiga kota yang mengalami inflasi pada September lalu adalah Kota Banda Aceh 0,47 persen, Kota Lhoksumawe 0,50 persen, dan Meulaboh, Aceh Barat 0,58 persen. Sehingga secara agregat, Provinsi Aceh mengalami inflasi 0,49 persen.
Sedangkan laju inflasi tahun kalender hingga September 2014 untuk Kota Banda Aceh 3,79 persen, Kota Lhokseumawe 4,23 persen, dan Meulaboh 4,95 persen serta Provinsi Aceh 4,07 persen.
Sementara inflasi year of year atau September 2014 terhadap September 2013, untuk Kota Banda Aceh 4,53 persen, Kota Lhokseumawe 5,12 persen, Meulaboh 7,52 persen, dan Provinsi Aceh 5,07 persen.
Darmawan menjelaskan, inflasi di Kota Banda Aceh sercara umum disebabkan kenaikan harga pada kelompok bahan makanan dengan inflasi 0,84 persen. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0.81 persen. Kelompok kesehatan dengan inflasi sebesar 0,13 persen.
Kemudian kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan inflasi 0,19 persen. Sementara kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga tidak mengalami perubahan indeks. Khusus kelompok sandang justru mengalami deflasi sebesar 0,46 persen.
Darmawan menambahkan, dari 79 jenis barang dan jasa yang mengalami perubahan harga di Kota Banda Aceh pada September 2014, 42 jenis barang dan jasa di antaranya menunjukkan kenaikan harga. Selebihnya, 37 jenis barang dan jasa mengalami penurunan harga.
Beri Andil
Beberapa komoditas yang memberikan andil tinggi terhadap inflasi di Kota Banda Aceh pada September 2014, antara lain bahan bakar rumah tangga seperti elpiji dengan andil sebesar 0,1476 persen, udang basah 0,1111 persen, dan beras 0,1053 persen.
Kemudian tomat sayur 0,0602 persen, cabai merah 0,0561 persen, semen 0,0428 persen, angkutan udara 0,0383 persen, cumi-cumi 0,0366 persen, rokok putih 0,031 persen, dan tarif listrik 0,028 persen.
“Kenaikan harga pada kelompok bahan makanan dan perumahan, listrik, gas, air serta bahan bakar rumah tangga menjadi pemicu utama kenaikan inflasi di Banda Aceh,” ujar Darmawan, Rabu (1/10).
Sementara Deputi Bidang Moneter Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (BI) Aceh, M.Seto Pranoto menyebutkan, walaupun meningkat laju inflasi masih sesuai ekspektasi.
Kendati demikian, Seto mengingatkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh agar terus mewaspadai tren peningkatan, khususnya dari sisi persediaan komoditas yang rawan bergejolak. Selain itu, memberikan catatan khusus terhadap peningkatan inflasi yang terjadi di Kota Meulaboh.
“Secara keseluruhan masih on track, terutama harus diperhatikan inflasi di Meulaboh. Barang-barang di sana masuk dari Sumut, jadi sangat terpengaruh oleh harga bahan bakar dan tarif listrik. Kami menargetkan hingga akhir tahun inflasi tahunan 5 persen,” terangnya. []


analisa


EmoticonEmoticon