Ilustrasi |
"Syattariyah menentukan jatuhnya 10 Dzulhijjah dilakukan berdasarkan bilangan takwim khamsiah yang telah diajarkan secara turun-temurun dari ulama-ulama terdahulu," katanya, seperti dikutip dari Antara, Senin (6/10).
Penentuan 10 Dzulhijah sudah bisa dilakukan berdasarkan penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal 1435 Hijriyah, katanya. Ia sendiri juga memberikan khutbah terjemahan bahasa Indonesia, setelah itu dilanjutkan khutbah berbahasa Arab yang dibacakan Tuanku Basmir.
Setelah salat dan khutbah, katanya, jamaah bubar diawali bersalaman dengan pengkhutbah sebagai rasa tanda terimakasih meskipun saling berebut bersalaman. Sesuai tradisi, katanya, bersalaman dengan khatib/imam yang dipercayai secara turun-temurun bisa dihapuskan dosa-dosanya.
Ketua Majelis Zikir Istiqamah Syattariyah (Mazis) Padangpariaman, Syafri Tuanku Imam Sutan Sari Alam, menjelaskan salat Idul Adha Jamaah Syattariyah di Padangpariaman dipusatkan di kawasan makam dan masjid Syekh Burhanuddin di Kecamatan Ulakan Tapakis.
Sedangkan untuk penyembelihan hewan kurban akan dilakukan setelah salat Idul Adha di surau-surau dan masjid yang tersebar di kabupaten itu. Jemaah Syattariyah juga tersebar di sejumlah daerah di Sumbar, seperti di Kabupaten Pesisir Selatan, Sijunjung, Batu Sangkar, Solok dan kota Padang.
Di Kabupaten Padangpariaman, jemaah tersebar di antaranya di Kecamatan Sungai Sariak, Patamuan dan berpusat di Ulakan Tapakis. Pantauan di lapangan, sejumlah warga serentak melaksanakan shalat Idul Adha di masjid dan surau-surau di wilayah kabupaten itu.
Demikian pula di Kota Padang, yakni di kawasan Padangsarai dan Kapalo Koto, Kecamatan Pauh, warga jamaah Syattariyah baru melaksanakan salat Idul Adha. []
Merdeka
EmoticonEmoticon