“Banda Aceh memang bukan wilayah penghasil kopi. Akan tetapi warga Banda Aceh merupakan penikmat kopi terbesar di Aceh,”kata Illiza.
Ia menjelaskan bahwa minum kopi adalah budaya Aceh yang sudah sangat melekat dalam kehidupan masyarakat dari dulu hingga masa kini. “Jika para turis datang ke Aceh tanpa meminum dua cangkir kopi seolah tidak sah, lebih bagus lagi tiga cangkir,” paparnya.
Illiza menambahkan bahwa minum kopi itu menyehatkan jika dikonsumsi dengan aturannya. Bahkan kopi bermanfaat bagi pengidap sakit jantung, kanker dan sebagainya. Namun jangan sampai para penikmat kopi di Banda Aceh lalai hingga larut malam di warung kopi. Sebab, akan merusak kesehatan mereka.
Dalam pidatonya Illiza turut meminta kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh untuk segera mengajukan hak paten sanger sebagai minuman khas yang berasal dari Aceh. Sanger merupakan sejenis minuman dimana kopi dicampur dengan sedikit susu. Minuman ini tidak bisa dikatakan kopi, susu, maupun kopi susu.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banda Aceh, T. Samsuar, sebagai penyelenggara festival kopi ini. Katanya, festival kopi sudah menjadi agenda rutin tahunan Disbudpar Banda Aceh. Awalnya mulai dari tahun 2011 sampai dengan 2014.
Dijelaskan, pada acara ini menghadirkan produsen kopi, koperasi petani kopi, komunitas pecinta kopi dan pengrajin makanan tradisional yang berasal dari Aceh Tengah, Bireueun, Aceh Barat dan berbagai daerah lainnya.
“Pada event ini akan ada pertunjukan kesenian, diskusi tentang kopi, demo uji kopi dan 100 cangkir kopi bagi pengunjung. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah menyukseskan festival ini,”jelasnya.
Festival ini dihadiri oleh ribuan pengunjung yang menyesaki area Gedung Sosial. Umumnya para pengunjung berasal dari kawula muda. Jadwalnya, festival tersebut berlangsung mulai 18 hingga 20 November 2014 mendatang. [tgj]
EmoticonEmoticon