Petani Aceh Besar Dibekali Pembudidayaan Kakao

 Kasi Monitoring dan evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Desa BNN,
Nyoman Mertajaya, memberikan pembekalan cara menanam kakao
 kepada petani di lahan bekas tanaman ganja di Aceh Besar
AcehXPress.coBanda Aceh - Upaya mendukung masyarakat di Aceh Besar agar tidak menanam ganja lagi, Badan Narkotika Nasional (BNN) memberikan pembekalan cara membudidayakan kakao melalui peningkatan mutu dan jumlah dengan memberikan bantuan bibit dan sarana prasarana.
“Pembekalan bagi mantan petani ganja di Aceh Besar terus dilakukan BNN melalui upaya pembudidayaan kakao di lahan pertanian yang digunakan sebagai lahan ganja,” ujar Kasi Monitoring dan Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Desa BNN, Nyoman Mertajaya, kepada wartawan di Banda Aceh, Senin (20/10).
Dijelaskannya, petani di Gampong Meurah, Kemukiman Lamteuba, Kecamatan Seulimeum, Aceh Besar, nantinya mendapat pembekalan budidaya kakao dan memperoleh bantuan bibit.
Pembekalan ini diberikan bagi 44 mantan petani ganja dari delapan gampong di dua  kecamatan, yaitu Seulimeum dan Kutamalaka. Lahan seluas 20 hektare yang dulunya lading ganja kini dialihkan menjadi lahan kakao.
“Kita berharap program ini dapat berjalan baik di mana semua pihak berpartisipasi secara aktif untuk memberikan dukungan dan motivasi bagi petani agar tidak lagi menanam ganja,” katanya.
Ditambahkannya, BNN juga akan terus menggalakan gerakan kawasan hijau bebas tanaman ganja. Bukan hanya di Aceh, tetapi juga di seluruh Sumatera, khususnya di daerah lembah pegunungan Bukti Barisan.
Upaya ini dilakukan melalui kerja sama dan kemitraan, baik dengan instansi pemerintah, akademisi, swasta dan komponen masyarakat lainnya.
Sementara itu, Staf Pemetaan dan Analisis Pemberdayaan Masyarakat Desa BNN, Yudhi Widiarto, menyatakan, berdasarkan data Polda Aceh 2014, jumlah tanaman ganja yang disita kepolisian Aceh menurun.
“Artinya, ada kesadaran tinggi dari masyarakat untuk melaporkan penanaman ganja oleh sindikat narkoba di Aceh yang ditindaklanjuti Polda Aceh dengan menggelar operasi-operasi eradikasi ganja di seluruh Aceh,” tuturnya.
Menurutnya, kultivasi ganja di Indonesia masih 95 persen didominasi Aceh, sementara sisanya tersebar di Sumatera dan Jawa Barat. Pada perkembangan pascaeradikasi ganja, BNN juga telah menggiatkan program pembangunan alternatif yang pada 2014 sudah memasuki tahun kelima.
Berbagai capaian program dan hasil kegiatan telah dilakukan guna mengalihfungsikan bekas lahan ganja dengan tanaman produktif, seperti jabon, kunyit, nilam, kopi, rambutan, sayuran dan kakao.
Hingga Oktober 2014, program pembangunan alternatif ini telah mengalihfungsikan lahan seluas 183 hektare. Kini lahan-lahan tersebut telah hijau, produktif dan memberikan pendapatan bagi petani melalui tanaman yang dipanen dalam jangka pendek, menengah dan panjang.
Sementara, sepanjang lima tahun, 2010-2014, program pembangunan alternatif telah mengalihprofesikan sebanyak 341 petani melalui pembekalan ketrampilan budidaya, partisipasi pengembangan lahan hijau dan produktif serta menciptaan lingkungan pedesaan yang bebas dari penanaman ganja.
Jumlah tersebut, jika diestimasikan bahwa satu hectare tanaman ganja ditanam 4 orang, program pembangunan alternatif telah menggagalkan penanaman ganja seluas 85 hektare. [Analisa]


EmoticonEmoticon