Kisah Sukses Sang Bapak Cacing Tanah

ilustrasi
AcehXPress.coKesuksesan datang dari bagaimana kita memanfaatkan peluang. Hal inilah yang dilakukan oleh Abdul Azis Adam Maulida. Setelah gagal beternak belut, dia akhirnya mengalihkan perhatiannya pada cacing yang pada awalnya merupakan pakan dari belutnya. Dia menemukan bahwa cacing tanah dapat bertahan di kondisi apapun dan mudah berkembang.
Lulusan Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) akhirnya memilih cacing tanah sebagai bisnisnya. Dia hanya menggunakan kotak kayu berukuran 40 cm x 50 cm sebanyak 12 buah yang dia tumpuk. Dia dapat menghemat lahan yang digunakan dengan cara ini.
Untuk pakan, Adam memberikan sampah rumah tangga. Selain sampah rumah tangga miliknya, dia juga mengumpulkan sampah rumah tangga dari tetangga-tetangganya dan pasar di daerahnya.
Adam memulai budidaya cacing tanah ini pada Agustus 2010, atau 6 bulan setelah dia gagal dengan budidaya belut sebelumnya. Modal yang digunakan hanya Rp. 200.000.
Sama seperti bisnis lainnya, pemasaran menjadi salah satu hal terpenting untuk bisnis cacing tanah Adam. Pada awal memulai usahanya, Adam sempat kesulitan menemukan pembeli. Tetapi, pada akhir 2010, ada pemilik tempat pemancingan yang tertarik untuk membeli cacing miliknya. Dari sini, jalan pemasaran cacing tanahnya semakin terbuka.
Bahkan, tahun 2011, Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur ingin menggunakan jasanya. Namun, Adam belum mampu menyanggupinya. Alasan utamanya, produksi cacing Adam saat itu belum mencapai 1 ton per bulan seperti yang diminta oleh Dinas Perikanan.
Untuk mengembangkan usahanya ini, Adam mulai menggunakan sistem plasmi. Usahanya yang diberi nama Rumah Cacing membuka pintu bagi siapa saja yang ingin belajar budidaya cacing tanah.  Sistem yang dikembangkannya ini mampu menarik banyak orang dan kini anggotanya sudah mencapai 1.600 orang. Dari anggota sistem ini, 700 diantaranya rutin memasok cacing ke Adam.
Selain itu, Adam juga mengembangkan usahanya sendiri. Dia membangun kolam pembiakan berbaghan batu bata. Dengan 100 kolam yang ada saat ini, Adam berhasil menjadi pemasok utama Dinas Perikanan Jawa Timur. Kini, kapasitas produksi usahnya mencapai 7 ton per bulan dengan omzet Rp. 300 juta.
Dari pengalaman berbisnisnya, Adam menyimpulkan bahwa pengusaha tidak bisa berhenti. Pengusaha harus selalu berkembang. Hal ini juga dilakukan Adam kini, dengan mcnoba membidik pasar peternak unggas dan juga industri farmasi dan kosmetik.
Selain itu, Adam juga membuka usaha lainnya yang berhubungan dengan budidaya cacing tanah. Dia membuka kebun jahe organik yang menggunakan pupuk dari kotoran cacing. Adam juga mempunyai usaha peternakan kambing, ayam dan ikan, yang semuanya juga menggunakan pakan cacing untuk penggemukan ternaknya.
Mungkin dimata banyak orang, cacing tanah terlihat menjijikkan dan tidak berharga. Namun, Adam mengubahnya menjadi penghasil keuntungan dengan memanfaatkan peluang yang ada. [teropongbisnis]


EmoticonEmoticon