ilustrasi jamaah haji |
Salah satu pelajar asal Indonesia yang berangkat haji dari Australia adalah Edwin Widodo. Pemuda itu berangkat ke Tanah Suci dari Australia pada musim haji 2013. Pelajar yang sedang menempuh studi doktoral (PhD) di University of Melbourne ini berangkat sendiri dengan mendaftar ke sebuah agen haji di Melbourne.
"Cukup banyak warga Indonesia yang bermukim di Melbourne yang berangkat di tahun 2013, ada sekitar 40 orang dari komunitas Muslim Indonesia di Melbourne yang berangkat bersama saya," jelas Edwin dikutip Dream dari ABC Internasional, Jumat 3 Oktober 2014.
Kala itu, jumlah warga Australia yang melakukan ibadah haji bersama kelompoknya ada sekitar 400 orang, sebagian besar adalah warga Australia keturuan Suriah, Mesir, Lebanon, Turki, Afghanistan, Bangladesh, Pakistan.
Jika di Indonesia keberangkatan haji biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama karena pembatasan kuota, lain halnya dengan di Australia. Dengan jumlah muslim di Australia yang kurang dari 400 ribu orang, jamaah haji yang berangkat dari Australia pada tahun 2014 diperkirakan sekitar 4 ribu orang.
Edwin mengatakan, niat beribadah haji telah didukung oleh pihak kampus, Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne, para pembimbing, dan tentunya orangtua.
"Proses berangkat haji dari Australia sangat mudah, asalkan sudah memenuhi syarat sudah bermukim selama minimal 2 tahun di Australia (dibuktikan dengan stempel kedatangan di paspor)," tutur Edwin.
"Proses pendaftaran haji dan berangkat ke Tanah Suci dilakukan pada tahun yang sama. Saya mendaftar di bulan Maret 2013, melunasi biaya haji di bulan Juli, menyerahkan seluruh dokumen untuk keperluan visa haji pada pertengahan bulan Agustus 2013 dan kemudian berangkat ke tanah suci pada akhir September 2013," tambah dia.
Jika di Indonesia, pelepasan keberangkatan haji biasanya melibatkan keluarga besar, teman-teman, dan sahabat, tradisi itu tidak dialami jamaah haji asal Indonesia di Australia. "Kita tidak dipusingkan dengan acara pelepasan haji yang banyak menyita tenaga dan pikiran kita. Acara pelepasan jamaah haji dilangsungkan secara sederhana di masjid Westall, masjid komunitas Indonesia di Melbourne," ujar Edwin.
Biasanya proses keberangkatnnya pun lebih mudah, karena jumlah jamaah yang sedikit. Calon jamaah haji biasanya pergi sendiri-sendiri ke bandara udara. Lalu melakukan check-in secara perorangan atau berkelompok, dan biasanya bertemu dengan kelompok lainnya di Dubai, sebelum melanjutkan perjalanan ke Madinah atau Mekkah.
Menurut Edwin, dengan jumlah jamaah yang lebih sedikit memudahkan untuk mengikuti aturan muthawif, atau pemimpin rombongan jamaah haji. Adapun beberapa muthawif menguasai bahasa Indonesia.
"Dalam hal makanan pun sangat memudahkan kita, karena makanannya merupakan makanan internasional yang sesuai dengan selera lidah orang Indonesia, misalkan menu ayam goreng, nasi kebuli dengan lauk daging, ataupun makanan a la buffet."
Pengalaman yang hampir sama pun dialami oleh Nadia Asikin, perempuan asal Indonesia yang bekerja di sebuah perusahaan di Melbourne yang bergerak di bidang pendidikan bagi pelajar internasional.
Nadia juga menunaikan ibadah haji pada tahun 2013 bersama sang suami. Awalnya dia iseng saja mengikuti sebuah kuliah soal haji yang digelar oleh komunitas muslim Indonesia di Melbourne. Setelah berpikir dia memiliki kemampuan untuk berangkat, Nadia dan suaminya pun memutuskan untuk berhaji.
"Setelah ikut kuliah soal haji itu, saya semakin tertarik, kalau mampu sekarang, nunggu apa lagi?" ujar Nadia. Sama seperti Edwin, Nadia mendaftar pada bulan Maret 2013 untuk keberangkatan akhir September 2013.
Ia dan suaminya mengikuti beberapa pelatihan soal haji, yang diadakan oleh travel agen, termasuk juga yang digelar oleh beberapa masjid. Di Australia, manasik atau pelatihan haji ini seringkali dilakukan terpisah, sehingga para calon jamaah haji harus rajin-rajin mencari tahu siapa dan kapan manasik atau pelatihan haji dilakukan.
Nadia pun berbagi cerita saat melakukan ibadah haji. "Saya dan suami hanyalah orang Indonesia di grup kami, tapi ini menjadi kesempatan untuk saling mengenal budaya muslim dari negara lain," kata dia.
"Kita semua memiliki satu tujuan utama yakni mencari keridhaan Tuhan, dan identitas kita pun pada akhirnya adalah sama, sebagai Muslim. Karenanya perjalanan mereka pun penuh dengan dzikir, rasa bersyukur, dan berbagi dengan teman-teman satu kelompok, apapun yang dihadapi," tamba Nadia. []
dream
EmoticonEmoticon